[info_post_meta]

Laporan

Hospital Management in Asia 2015 

3,4 September 2015
Hotel Sedona, Yangoon Myanmar

i.underline

asia

Pembukaan:

Mr. Ashok Nath, Conference Chair

Sebagai ketua konferensi mengucapkan sambutan kepada seluruh delegasi yang sebagian besar adalah direksi dan pemilik RS. Ada 836 peserta konferensi ini, termasuk 70-an peserta dari Indonesia yang sebagian besar berasal dari dari RS swasta. Di konferensi ini ada 17 best practices yang disajikan oleh para pembicara. Berbagai pihak melakukan kerjasama termasuk dari PERSI. Sponsor kegiatan ini banyak yang berasal dari kelompok konsultan akreditasi, termasuk dari US dan Amerika. Ada juga sponsor dari Microsoft dan Roche. Kolaborator utama di Mayanmar adalah Asosiasi RS Swasta Myanmar. Disamping itu ada juga penanda-tanganan beberapa buku, mulai dari buku pediatric sampai berbagai buku lainnya termasuk quality. Mr Nath dalam sambutannya menggambarkan pula sejarah HMA yang pertama di tahun 2002 diselenggarakan di Bangkok. Selama 14 tahun Indonesia belum pernah menjadi tuan rumah. Bagi anda yang berminat melihat lebih lanjut silahkan klik di situs resminya untuk melihat detil acaranya (http://www.hospitalmanagementasia.com/)

Dr. Htin Paw, President, Myanmar Private Hospitals’ Association

Myanmar baru saja kena banjir. Pertemuan ini sangat penting karena RS erat kaitannya dengan masalah banjir. Dr. Htin mengucapkan terimakasih kepada HMA yang menyelenggarakan konferensi ini di Yangoon. Diharapkan konferensi ini berguna. Pidato disampaikan dengan bahasa Inggris yang baik karena memang Myanmar lama berada dibawah penjajahan Inggris sehingga banyak yang bisa berbahasa Inggris dengan baik.

  • Plenary I: Skills Seven additional skills hospital managers and physicians need to acquire to be relevant in the future
    • Ms. Paula Wilson, President & CEO, Joint Commission International (USA)
    • Moderator: Dr. Ye Moe Myint, Former President, Myanmar Private Hospitals’ Association

    Ms Wilson Master Degree in Social Work di State University of New York in Albany. Berpengalaman puluhan tahun dalam manajemen RS dan saat ini berada di bawah Columbia University sebagai konsultan, khususnya dalam manajemen strategis. Berikut ringkasan diskusinya:

    Selama ini ada pandangan tradisional mengenai ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer RS yaitu mulai dari manajemen keuangan operasional, expert dalam skill dan komunikasi eksternal. Tapi hal-hal ini tidak cukup. Kita harus mempunyai skill tambahan yang baru, antara lain 7 hal yang akan saya sampaikan.

    skill1Pertama kita harus mempunyai pelayanan kesehatan yang reliable dan baik sehingga tidak merugikan pihak lain, termasuk pasien (no-harm). Di sini diperlukan kepemimpinan, budaya yang aman dan baik dan selalu berorientasi ke proses. Kedua: memahami data besar dan memanfaatkannya. Data besar ini antara lain dari medical record, data klaim asuransi, sampai ke data social media.

    Juga perlu untuk memahami bahwa akan ada pengobatan personalized untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Dengan data besar ini dapat mempunyai pemahaman yang lebih baik untuk pasien, staf dan masyarakat. Ketiga: Mempunyai ketrampilan dalam menangani Bencana. Ketrampilan ini sangat penting karena bencana selalu ada dan mungkin akan terjadi. Topan, gempa bumi dan lain-lain, termasuk konflik geopolitik dan kecelakaan kimiawi. Jadi para direksi RS perlu melakukan drills, Table Top Exercise, Integrasi dengan polisi lokal dan Barisan Pemadam Kebakaran.

    Keempat: Mempunyai kemampuan dalam Pengendalian Infeksi. Adanya MERS, Ebola, Avian Flu serta Multi-drug Resistant Organism (M+MDROs), Pengalaman infeksi merupakan hal yang mengerikan bagi pasien, yang celakanya dapat menghentikan karir seorang manajer RS. Kelima, memanfaatkan kesempatan yang ada karena  kemajuan Teknologi Kesehatan, misalnya: Mobile Health, Telehealth; IBM Watson dan Pelayanan Kanker; Genetika dan Personalized Medicine. Namun  perlu diingat, keamanan data, jangan sampai bocor. Keenam: Ketrampilan dalam Engagement dengan SDM. Bagaimana agar para staf dapat melekat atau terlibat secara erat dengan rumah sakit. Engagement yang baik dapat mengurangi kesalahan melalui perkembangan karyawan, penghargaan dan kepercayaan. Apakah mereka terikat dengan manajernya? Ketujuh; sebagai pemimpin harus mempunyai Deep Self Awareness. Apakah paham mengenai dirinya sendiri. Apakah sudah melakukan penilaian 360 derajad? Bagaimana dengan kekuatan dan kelemahan anda sehingga dapat menyewa staf dan tahu bagaimana cara bekerja agar komplimen dengan anda sebagai manajer RS.

    Akhirnya dalam meningkatkan kemampuan tersebut, seorang manajer RS harus selalu ingin tahu, selalu inovatif, mudah beradaptasi untuk perubahan dan mau mengambil risiko.

Reporter:  Laksono Trisnantoro