Kesehatan Jantung dan Gaya Hidup Masyarakat Modern

Telah terselenggara talkshow Kesehatan Jantung dan Gaya Hidup Masyarakat Modern di Ruang Teater FK UGM, pada Kamis (6/10/2016). Acara ini sekaligus menjadi Bedah buku “Memahami Serangan Jantung”, yang ditulis oleh Dr.dr. Budi Yuli Setianto, SpPD-KKV., SpJP(K). Selain dr Budi, pembicara lain yang mengisi acara ini adalah:  Dr. Toto Sudargo, SKM, M.Kes. (Konsultan Gizi), dan Dra. Yayi Suryo Prabandari, MSc., PhD., acara ini dimoderatori oleh Dr. dr. Carla R. Marchira, Sp.KJ(K).

Banyak nyeri dada yang dianggap bukan peringatan serangan jantung. Akibtanya, di Indonesia tercatat 1,8 juta mortalitas karena penyakit ini pada tahun 2014. Penyakit ini dapat diderita banyak orang, faktor resiko yang tidak bisa dikendalikan: umur, jenis kelamin (resiko lebih tinggi pada laki-laki), serta riwayat keluarga. Faktor resiko tradisional atau yang bisa dimodifikasi atau bisa dicegah antara lain: orang dengan diabetes dianggap pernah serangan jantung, mengendalikan tekanan darah pada penderita hipertensi, dan menghindari merokok.

Awal dari serangan jantung adalah karena kerak yang menempel pada dinding pembuluh darah di ujung pembuluh arteri. Kerak ini menekan pembuluh darah dan menyebabkan pembuluh darah menyempit, akibatnya pasokan darah berkurang dan kerja jantung meningkat. Jika serangan jantung tidak ditangani dalam 5 menit, maka besar kemungkinan terjadi sudden death. Setelah itu, korban serangan jantung bisa dibantu menggunakan kejut listrik, namun ada juga yang tidak tertolong. Dalam 5 menit krusial ini, pertolongan yang harus dilakukan ialah membawa korban ke UGD, karena disana tersedia obat dan peralatan medis yang tepat, EKG misalnya.

talkshow

Jika pembuluh darah sudah menyempit, hanya ada dua jenis pertolongan yaitu diberi obat yang memperlancar aliran darah atau pemasangan ring pada bagian dalam pembuluh darah ini. Ring yang dimaksud berdiameter 0.3 mm, fungsi ring ini untuk membuka jalan aliran darah ke jantung. Jika pemasangan ring tidak bisa dilakukan, maka jalan terakhir ialah membuat jalur by-pass yang mengalirkan darah langsung ke jantung.

Dr. Toto Sudargo, SKM, M.Kes. sebagai pembicara kedua memaparkan: rata-rata orang Indonesia sulit mengendalikan food preference-nya, jadi orang dengan usia 40 tahun ke atas masih banyak mengonsumsi makanan berkolesterol buruk. Faktanya, pada usia 40 tahun ke atas sangat dianjurkan mengurangi makanan manis, asin dan gurih agar terhindar dari penyakit jantung coroner.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terkena penyakit jantung ialah mengonsumsi makanan segar. Lalu ada baiknya juga melakukan presto pada makanan laut, agar kulit dari ikan/udang dapat mereduksi kolesterol secara sempurna. Salah satu anjuran dari Toto ialah semaksimal mungkin mengurangi konsumsi makanan berpengawet karena Natrium Benzoat yang ada di dalamnya berdampak buruk pada tubuh kita.

Upaya konsumsi sehat lain ialah dengan selalu mencuci anggur selama 15 menit supaya pengawet atau pestisida yang menempel di permukaan anggur tereliminasi. Selain itu, upayakan selalu untuk konsumsi daging tanpa lemak agar terhindar dari kolesterol buruk.

Dra. Yayi Suryo Prabandari, MSc., PhD memberikan pandangan baru terkait hubungan perilaku hidup sehat dan terhindar dari penyakit jantung. Kerak yang ada di pembuluh darah jumlahnya dapat dikurangi jika kita aktif bergerak. Banyak aktivitas masyarakat modern yang tidak sesuai dengan pola hidup sehat aktif, antara lain: malas berjalan, banyak duduk, tidak ada waktu olahraga karena pekerjaan menumpuk, serta konsumsi atas makanan cepat saji.

Kurangnya waktu untuk berolahraga dapat disiasati dengan banyak naik tangga, lebih banyak berjalan dan banyak melakukan pekerjaan rumah tangga. Selain itu, perlu juga didukung dengan menghindari hal-hal berikut: pola makan tidak teratur, merokok, dan pola istirahat yang tidak teratur.

Yayi juga menegaskan kita perlu melepaskan stress atau tekanan yang ada pada diri kita, salah satunya dengan berteriak di pantai yang sepi. Selain itu, melepaskan stress juga dapat dilakukan dengan bercerita pada keluarga atau teman yang dapat diperaya (W).

sumber foto: Humas FK UGM.