Naskah Tim Promosi Kesehatan (HBES)

i.underline

Masyarakat merupakan pihak utama dalam sebuah program kesehatan. Pelibatan masyarakat dalam program kesehatan dapat menjamin keberlanjutan program. Dalam program pemberdayaan masyarakat, partisipasi masyarakat secara aktif dapat mendorong masyarakat merasa memiliki program dan bertanggungjawab atas kondisi kesehatannya. Hal ini dapat membantu tenaga kesehatan untuk menyelesaikan berbagai masalah kesehatan, utamanya yang disebabkan oleh perilaku tidak sehat.

Partisipasi masyarakat tidak didapatkan secara instan. Langkah pertama dan utama yang perlu dilakukan praktisi kesehatan adalah dengan membangun kepercayaan masyarakat. Membangun kepercayaan masyarakat membutuhkan keterampilan tersendiri misalnya keterampilan melakukan komunikasi dan negosiasi. Selain itu, dalam membangun kepercayaan masyarakat dibutuhkan waktu dan tenaga yang besar untuk menjalin hubungan yang dekat dengan masyarakat sasaran. Namun demikian, banyak praktisi kesehatan sering melewatkan langkah ini.

Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial merupakan departemen dengan pengalaman melakukan pemberdayaan masyarakat selama lebih dari 10 tahun. Berbagai pengalaman dalam membangun kepercayaan masyarakat dapat dijadikan pelajaran bagi praktisi kesehatan lain dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Melalui video dokumenter, diharapkan dapat memberikan gambaran yang nyata tentang langkah-langkah membangun kepercayaan di masyarakat dan dapat diaplikasikan.

Kebutuhan terhadap penelitian semakin meningkat seiring dengan kompleksnya permasalahan – permasalahan yang terjadi. Secara umum, sebagian besar penelitian yang ada lebih banyak memanfaatkan metodologi kuantitatif, sementara itu metodologi kualitatif lebih banyak dimanfaatkan dalam penelitian yang bersifat sosial. Namun demikian, memasuki abad ke-19, pendekatan sosial mulai dimanfaatkan dalam penelitian kesehatan untuk menjelaskan permasalahan kesehatan. Pemanfaatan metodologi kualitatif dalam penelitian kesehatan diaplikasikan dalam topik kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan, promosi kesehatan dan keperawatan (Green & Thorogood 2009).

Tidak hanya permasalahan – permasalahan kesehatan saja, penelitian dengan metodologi kualitatif mulai diterima secara luas dalam berbagai bidang. Kebutuhan akan metodologi kualitatif semakin kuat akhir-akhir ini dengan tingginya kebutuhan terhadap evidence based practice. Dalam implementation research, metodologi kualitatif memberikan data dan penjelasan terkait proses implementasi termasuk faktor apa saja yang mendukung maupun menghambat implementasi dari program tersebut (Peters et al. 2013).

Focus Group Discussion (FGD) merupakan salah satu metode dalam mengumpulkan data pada penelitian kualitatif. Dengan metode tersebut dapat memberikan data dengan lebih jelas dari berbagai sumber informasi dalam satu waktu. Pemahaman terhadap pengumpulan data melalui metode FGD perlu dipahami secara mendalam oleh setiap orang yang akan melakukan penelitian kualitatif.

Sebagai keilmuan yang dapat memberikan manfaat bagi praktisi maupun mahasiswa, maka perlu adanya pendokumentasian dari kegiatan FGD. Sehingga kedepannya dapat diinfomasikan agar praktisi maupun mahasiswa dapat lebih meningkatkan pemahaman terkait dengan pengumpulan data dengan menggunakan FGD. Selain itu, dokumentasi dari kegiatan FGD juga mampu memberikan dan meningkatkan motivasi praktisi maupun mahasiswa untuk melakukan FGD ataupun terlibat dalam penelitian kualitatif. Sebuah teknik dokumentasi dan publikasi program yang interaktif, mudah dipahami dan memanfaatkan pengembangan teknologi dapat membantu penyebaran informasi secara lebih cepat dan luas. Pembuatan film dokumenter yang menceritakan mengenai bagaimana proses dalam melakukan FGD dari seorang fasilitator diharapkan dapat menjawab kebutuhan tersebut.

Membangun Kepercayaan dalam Pemberdayaan Masyarakat
Focus Group Discussion: Perjalanan Seorang Fasilitator

Video berdurasi 20 menit menceritakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan oleh Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial di wilayah Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Video akan diceritakan dari sudut pandang pelaksana program. Terdapat 3 sesi dalam video, sesi pertama akan menceritakan mengenai program, sesi kedua menceritakan mengenai proses membangun kepercayaan dari masyarakat dan sesi ketiga menceritakan pendapat masyarakat terhadap proses pembangunan kepercayaan.

Video diawali dengan footage dan narasi oleh narator tentang deskripsi lokasi program pemberdayaan, masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat sebelum program pemberdayaan dan penekanan tentang kebutuhan partisipasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah. Selanjutnya pemirsa diajak untuk mendengar pengalaman yang diceritakan oleh pelaksana program tentang program dan motivasinya untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Pada sesi kedua, pelaksana program mulai menceritakan tentang hal-hal yang dilakukan saat membangun kepercayaan di masyarakat, dilengkapi dengan footage atau ilustrasi diskusi kelompok, negosiasi serta wawancara tokoh masyarakat yang didapat dari dokumentasi program. Pelaksana kegiatan juga menceritakan tentang tantangan dan hambatan dalam membangun kepercayaan di masyarakat serta cara mengatasinya. Pada sesi ketiga, pemirsa diajak untuk mendengar pengalaman dari masyarakat, pesan dan kesan selama program berlangsung serta pendapatnya terhadap pelaksana program. Di akhir video, narator menutup dengan kesimpulan bahwa membangun kepercayaan merupakan hal yang penting dalam proses pemberdayaan masyarakat sehingga perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh. Pengambilan gambar dilakukan di lokasi pemberdayaan masyarakat dan FK UGM.

Danu adalah seorang peneliti dari salah satu universitas ternama di Yogyakarta, Fakultas Kedokteran UGM. Tapi dia bukan dokter. Saat ini, Danu sedang melakukan sebuah program pemberdayaan masyarakat di salah satu Dusun di wilayah Yogyakarta.

Pagi ini, hari senin 1 Mei 2016 jam 06.00 di sebuah kamar kos. Bunyi alarm meraung-raung membangunkan Danu dari tidurnya. Danu terbangun dan melihat kalender, “ah, tanggal merah dan aku masih harus bangun sepagi ini” gumamnya. Dengan perasaan malas, Danu beranjak dari tempat tidurnya untuk bersiap-siap pergi. Hari ini danu harus mengunjungi suatu tempat yang cukup jauh dari kos nya. Sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota. Setelah siap, Danu menuju ke tempat parkir untuk mengambil motornya kemudian pergi.

Pagi ini jam 07.00, Danu berada di sebuah tempat yang cukup jauh dari keramaian kota Yogyakarta. tempat tersebut adalah Dusun Bedoyo, sebuah dusun di Wilayah Cangkringan. Sawah yang terhampar luas, udara sejuk dan rumah-rumah penduduk yang masih sederhana menampilkan nuansa pedesaan di dusun ini. “ah segarnya udara disini” katanya dalam hati “sepertinya aku harus sering-sering kesini biar awet muda, hahaha” sambungnya.  Danu datang ke Dusun ini untuk melakukan program pemberdayan masyarakat dalam hal kesehatan.

Dengan mengendarai motornya, danu berkeliling dusun tersebut sambil melihat-lihat kondisi lingkungan dan kegiatan warga di sana. Danu berkeliling melewati rumah-rumah yang relatif masih sederhana dan melihat-lihat kegiatan warga di pagi hari. Pagi itu beberapa ibu-ibu tampak menyapu halaman rumah mereka. “monggo Bu” kata danu saat melewati beberapa ibu-ibu.  Danu beberapa kali menyapa warga ketika melewati bertemu dengan mereka. Danu kemudian melewati daerah persawahan di Dusun tersebut. tampak beberapa bapak-bapak dan Ibu-ibu sedang menggarap sawah mereka. Setelah selesai berkeliling, kemudian danu kembali pulang.

Esoknya, danu kembali ke dusun tersebut. Tujuan Danu kali ini adalah  mengunjungi Kepala Dusun untuk meminta ijin sekaligus menanyakan kondisi masyarakat dusun tersebut. Danu tiba di dusun tersebut dan menuju rumah Pak Dukuh. “Pak nuwun sewu ndherek tanglet, daleme Pak Dukuh pundhi nggih?” tanyanya pada seorang warga. Karena baru kedua kalinya dia di dusun ini dia masih belum tahu rumah Pak Dukuh. “oo.. nggih, daleme pak mriko lurus mawon terus belok kanan sethithik njuk ngiri, dalem ingkang wonten kolam e” kata bapak tersebut menjelaskan sambil menunjukan dengan tangannya. “mas e sinten nggih? Ajeng nopo kok madosi Pak Dukuh?” sambungnya bertanya. Danu kemudian menjelaskan kalau dirinya dari UGM dan bertemu Pak Dukuh untuk minta ijin melakukan kegiatan di dusun ini. kemudian danu pun mengucapkan terima kasih dan menunju rumah Pak Dukuh sesuai dengan arahan bapak tadi.

Danu kemudian tiba di sebuah rumah sederhana dengan halaman yang cukup luas. Terdapat sebuah kolam ikan di salah satu sisi rumah tersebut. “ah, sepertinya ini rumahnya” gumamnya. Danu kemudian mengetok pintu depan rumah tersebut dan mengucapkan salam “assalamu’alaikum” ucapnya. Danu menunggu sejenak, “wa’alaikumsalam” terdengar suara seoarang laki-laki menjawab salam dari dalam rumah. “ah syukurlah ada orangnya” gumam Danu. Kemudian seorang laki-laki membuka pintu. “nuwun sewu Pak, nopo leres niki daleme Pak Dukuh?” tanyanya pada laki-laki itu. “Nggih leres, kulo Pak Dukuh.” Kata laki-laki itu. Danu merasa tenang mendengar jawaban itu. “monggo lenggah mriki.” Kata Pak Dukuh mempersilahkan duduk. Danu kemudian duduk dan Pak Dukuh bertanya “Pripun mas, wonten nopo?. Kemudian danu menjelaskan kalau dirinya dari fakultas kedokteran ugm dan akan melakukan program di dusun ini. “oo, dari kedokteran, ajeng program nopo mas? Pemeriksaan nopo pengobatan gratis?”. “mboten Pak, programe kulo pemberdayaan masyarakat untuk kesehatan” jawab danu. “lho mas e niku lhak dokter to?” tanya Pak Dukuh”. “ah, terjadi lagi” katanya dalam hati. “mboten Pak, saya bukan dokter, saya dulu sekolahnya di promosi kesehatan, jadi bukan dokter” jelas danu. “oo, lha kulo kinten dokter e, lhak saking kedokteran” jawab Pak Dukuh. “nggih terus pripun?” tanyanya. Kemudian Danu menjelaskan bahwa Danu berniat untuk melakukan program pemberdayaan masyarakat di dusun ini dan dirinya ingin meminta ijin terkait program tersebut.

Setelah Pak Dukuh memberikan ijin, Danu bertanya mengenai kondisi warga Dusun Bedoyo. Dengan logat jawanya Pak Dukuh menceritakan berbagai hal terkait dengan warga dusun tersebut sambil sesekali menghisap rokoknya. Pak Dukuh bercerita tentang pekerjaan warga yang sebagian besar petani dan berkebun, kegiatan-kegiatan warga dan keluhan-keluhan yang dirasakan warga terkait dengan kesehatan. Danu mendengarkan cerita Pak Dukuh dengan tenang. Dirinya duduk berhadapan dengan dengan Pak Dukuh. Sesekali Danu berusahan untuk menahan nafas ketika Pak Dukuh menyemburkan asap rokoknya. Danu sebenarnya tidak suka orang yang merokok. Tetapi Danu tetap menahan diri untuk  tetap mendengarkan Pak Dukuh. Danu tidak ingin kehilangan informasi dan tidak ingin menyinggung perasaan Pak Dukuh.

Setelah pertemuan dengan Pak Dukuh saat itu, Danu semakin sering mengunjungi dusun tersebut. Danu hampir selalu hadir dalam kegiatan pertemuan-pertemuan rutin warga. Saat hadir di kegiatan pertemuan warga Danu selalu berusaha untuk berbaur dengan wargA, mendekati tokoh-tokoh masyarakat dan berbincang-bincang dengan warga. Danu mengobrol tentang keluarga, pekerjaan, serta hal-hal yang mereka sukai. Hal itu dia lakukan selama kurang lebih 3 bulan. Lama-kelamaan Danu menjadi semakin dikenal oleh masyarakat. hubungan danu dengan masyarakat menjadi lebih dekat. Danu kemudian menjadi semakin aktif di kegiatan pertemuan warga. Hingga pada suatu saat. Di suatu kegiatan pertemuan masyarakat Danu mencoba mengajak masyarakat untuk memikirkan permasalahan-permasalahan lingkungan mereka. Masyarakat pun terpantik untuk melakukan pengelolaan sampah secara mandiri supaya lingkungan lebih bersih. Masyarakat akhirnya membentuk KPSB (Kelompok Peduli Sampah Bedoyo) yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat.

Video berdurasi kurang lebih 30 menit diawali dengan sebuah tagline “Ini ceritaku sebagai seorang fasilitator” (a) fenomena penelitian kualitatif (b) Alasan memilih kualitatif (c) Penjelasan umum mengenai FGD. Kemudian pemirsa diajak mendengarkan pengalaman fasilitator dalam mengumpulkan data dengan cara FGD. Dimulai dari melakukan perijinan, menemui tokoh masyarakat, mencari dan menentukan informan, sampai terlaksananya proses FGD. Kemudian diceritakan juga penolakan-penolakan yang dialami serta kejadian-kejadian yang mungkin dialami ketika dilapangan. Di akhir video, diberikan sebuah kesimpulan dari keseluruhan pengalaman fasilitator serta manfaat yang didapatkan dan memotivasi pemirsa untuk melakukan penelitian kualitatif dan menjadi fasilitator dalam sebuah FGD. Pada akhir scene dimunculkan kembali tagline yang memotivasi dan membuat penelitian kualitatif dan FGD menyenangkan.

Sinta adalah seorang peneliti dari salah satu LSM yang bergerak dibidang pendidikan. Saat ini Sinta sedang melakukan sebuah penelitian kualitatif untuk mengetahui metode pembelajaran yang tepat bagi mahasiswa. Untuk mendapatkan data penelitian, sinta harus melakukan focus group discussion (FGD). Sinta mengumpulkan beberapa mahasiswa dan kemudian mereka diajak untuk berdiskusi tentang metode belajar yang tepat bagi mereka.

Pagi itu, Sinta telah berada di ruangan kantornya. Terlihat ruangan itu masih kosong. Rekan-rekan kantornya belum datang. Hari ini Sinta memang harus berangkat lebih pagi dari biasanya, karena harus mengurus perijinan lokasi penelitian di salah satu kampus di Yogyakarta. Sinta duduk di kursinya menyiapkan beberapa dokumen untuk pengambilan data pagi ini. “Panduan FGD, lembar penjelasan penelitian, inform consent” gumamnya mengecek perlengkapannya sambil memasukkan dokumen-dokumen itu ke dalam map. Setelah memastikan dokumennya lengkap, Sinta mulai beranjak dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari ruangan kantornya.. Setelah beberapa saat dirinya berjalan tiba-tiba dia teringat kalau dia lupa membawa proposal penelitiannya.. “aduh, aku lupa proposalnya” keluh sinta.

Pukul 07.30 Pagi Sinta telah berada di salah satu kampus yang sangat terkenal di Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada, nama kampus ini tidak hanya terkenal di Yogyakarta saja tetapi seluruh pelosok Indonesia mengenal nama kampus ini. Sinta masuk ke dalam salah satu gedung kemudian naik melalui tangga menuju ke lantai 3 gedung tersebut. Sinta kemudian berjalan menuju salah satu ruangan dan masuk ke dalamnya. di pintu masuk ruangan tersebut terdapat tulisan “Ruang Sekretariat dan Administrasi”. setelah masuk, Sinta mendatangi seorang wanita yang terlihat sedang sibuk mengetik di computer yang ada di depannya lalu memperkenalkan diri. Wanita tersebut melihat ke arah Sinta, tersenyum dan mempersilahkan Sinta untuk duduk di kursi yang ada di depannya. Wanita tersebut kemudian bertanya maksud dan tujuan kedatangan Sinta. Sinta kemudian menjelaskan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk melakukan FGD pada mahasiswa . Sinta menyerahkan sebuah surat berlogo salah satu LSM tempatnya bekerja. wanita tersebut menerima surat yang diberikan oleh Sinta dan meminta Sinta menunggu selama satu minggu untuk proses perijinannya.

Sore itu Sinta masih berada dikantornya. Ruangan kantornya sepi, semua rekan kerjanya sudah pulang. Sinta masih serius menatap laptop didepannya. Jari-jarinya yang lentik lincah menari diatas tuts-tuts keyboard laptopnya. Suara tuts-tuts keyboard laptopnya menggema karena saking sepinya ruangan itu. Hari itu Sinta harus merelakan untuk lebih lama dikantor karena harus menyelesaikan laporan penelitian lain yang belum selesai. Ditengah-tengah keseriusannya mengetik, Sinta mendapatkan email dari UGM yang berisi bahwa dirinya diijinkan untuk melakukan pengambilan data penelitian di kampus tersebut. “ah syukurlah” Sinta merasa senang karena dirinya diperbolehkan melakukan FGD dikampus tersebut.

Esok harinya, Sinta kembali ke kampus UGM dan menemui petugas penjadwalan untuk mengetahui jam kosong mahasiswa dan meminta waktu untuk mengumpulkan mahasiswa. Sinta masuk ke dalam sebuah ruangan. Di pintu masuk ruangan tersebut tertulis “Bagian Kemahasiswaan”. Sinta kemudian mendatangi seorang laki-laki yang terlihat sedang sibuk mengetik di computer yang ada di depannya lalu memperkenalkan diri. Laki-laki tersebut melihat ke arah Sinta, kemudian mempersilahkan Sinta untuk duduk di kursi yang ada di depannya. Laki-laki tersebut kemudian bertanya maksud dan tujuan kedatangan Sinta. Sinta kemudian menjelaskan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk mengetahui jadwal kosong mahasiswa dan meminta ijin mengumpulkan mahasiswa untuk FGD. Laki-laki tersebut mengernyitkan dahinya, lalu melihat ke arah komputernya. Laki-laki tersebut kemudian menyampaikan bahwa jadwal kuliah sedang padat dan Sinta harus menunggu 1 minggu untuk mendapatkan jadwal kosong mahasiswa. “Ok, menunggu 1 minggu, tidak masalah” katanya dalam hati. Seminggu kemudian Sinta kembali mendatangi laki-laki tersebut dan menanyakan kepastian jadwal kosong mahasiswa. Laki-laki tersebut menyampaikan kalau jadwal mahasiswa masih padat karena ada kuliah tambahan. Laki-laki tersebut mengatakan kalau Sinta harus menunggu 1 Bulan lagi untuk mendapatkan jadwal kosong mahasiswa. Mendengar hal tersbeut Sinta menghela nafas panjang, dengan berusaha tetap tersenyum Sinta menyampaikan kalau dirinya bersedia untuk menunggu 1 bulan lagi. Satu bulan kemudian Sinta kembali mendatangi laki-laki tersebut dan kembali mendapatkan jawaban yang sama. Sinta harus menunggu 1 bulan lagi untuk mendapatkan jadwal kosong mahasiswa. Sinta menghela nafas panjang berusaha mengumpulkan kesabarannya. Satu bulan kemudian Sinta kembali ke ruangan kantor tersebut dan bertemu laki-laki tersebut. laki-laki tersebut mengatakan kalau Sinta bisa melakukan FGD besok lusa sore hari. “ah syukurlah” kata sinta mengungkapkan rasa senangnya. Informasi dari laki-laki tersebut seperti oase yang mengembalikan semangatdi tengah  panasnya matahari. “Iya Pak” kata Sinta menyetujuinya. Laki – laki tersebut menyampaikan kalau dia akan membantu menjadwalkan dan menyampaikan kepada mahasiswa tentang kegiatan ini tetapi tidak bisa menjamin kehadiran mahasiswa. Sinta kemudian mengucapkan terima kasih dan kembali pulang.

Dua hari kemudian, pada jam yang telah dijadwalkan sinta telah berada di sebuah ruang kelas. Ruangan kelas tersebut sepi dan tidak ada seorang pun yang sudah datang. Setengah jam kemudian masuklah 2 orang mahasiswa ke kelas tersebut. 15 menit kemudian datang 3 orang. 15 menit kemudian datang 1 orang mahasiswa. Karena sudah menunggu terlalu lama sinta kemudian memulai kegiatan FGD.

Mahasiswa diminta untuk duduk di tempat duduknya masing-masing yang sebelumnya sudah disusun secara melingkar. Setelah semuanya duduk melingkar, Sinta memulai FGDnya. “Selamat sore teman-teman” kata sinta. Sinta kemudian memperkenalkan diri. seluruh mahasiswa yang hadir saat itu terlihat memperhatikan Sinta. Sinta kemudian membagikan lembar Informed consent, menjelaskan tujuan diadakan FGD. “silahkan teman-teman jika ada yang ingin ditanyakan” kata Sinta memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk bertanya. Setelah memastikan tidak ada pertanyaan Sinta meminta ijin kepada para mahasiswa untuk merekam proses FGD. “teman-teman nanti saya rekam gak apa-apa ya?” tanyanya kepada para mahasiswa. “Iya Mbak” jawab mahasiswa bersamaan.

Sinta kemudian mulai menyampaikan pertanyaan kepada para mahasiswa. “coba ceritakan, bagaimana pengalaman teman-teman belajar di sini?” tanya sinta. Satu persatu pertanyaan disampaikan oleh Sinta kepada para mahasiswa. Para mahasiswa sangat bersemangat menjawab pertanyaan sinta. Setelah para mahasiswa selesai menyampaikan jawabannya sinta melanjutkan untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan berikutnya satu persatu. Para mahasiswa pun menjawab setiap pertanyaan yagn diberikan oleh sinta. Mereka saling berdebat, saling menyanggah pendapat satu sama lain, dan seringkali mereka memotong pembicaraan mahasiswa lain yang sedang menyampaikan pendapatnya. Namun, ada seorang mahasiswa yang diam saja dan tidak mau berbicara. Sebagai seorang fasilitator, Sinta menyampaikan kepada para mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya satu persatu secara bergantian. Sinta juga mendorong mahasiswa yang diam untuk lebih mau menyampaikan pendapatnya. Proses FGD selesai dan para mahasiswa pulang ke rumah masing-masing.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.