[info_post_meta]

Hasil Penelitian

Studi Kasus  Pelaksanaan Green Hospital Di Rumah Sakit Umum 

Daerah  R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi 

 

i.underline

Hardyansyah[1], Hari Kusnanto[2], Dyah Permata[3]

2016

 

Kata   kunci:   Green BuildingGreen  HospitalSustainability building,  Manajemen lingkungan   

Pendahuluan

Green hospital merupakan bagian dari suatu gerakan global green building, yang mulai berkembang sejak       1970. Saat itu, masyarakat prihatin akan perubahan kondisi lingkungan yang disebabkan oleh kontribusi negatif bangunan terhadap lingkungan, seperti pengeluaran limbah, konsumsi energi listrik, konsumsi air dan emisi jejak karbon (gas rumah kaca) yang pada akhirnya menimbulkan kondisi pemanasan global. Berikut adalah gambar kontribusi negatif bangunan terhadap lingkungan.

peneliti

National Health Service di Inggris menghitung sektor kesehatan menghasilkan jejak karbon >18 juta ton CO2/tahun mewakili 25% dari total emisi sektor publik. RS di Brazil menggunakan 10% dari total konsumsi energi negara. Di China, pengeluaran total untuk konstruksi kesehatan mencapai nilai USD 10 milyar yang merupakan angka yang sangat tinggi1. Takata2 menemukan bahwa rumah sakit memproduksi emisi jejak karbon (gas rumah kaca) 2,5 kali lebih besar dan menggunakan energi jauh lebih banyak dibandingkan dengan bangunan komersial biasa.

Di Indonesia, dari hasil kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa dan Bali menunjukkan RS rata-rata memproduksi 3,2 kg sampah dan 416,8 liter limbah cair per tempat tidur per hari. Secara nasional, diperkirakan RS memproduksi 376.089 ton limbah padat dan 48.985,70 ton limbah cair per hari. Dari gambaran tersebut terlihat betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit3.

Sumpah Hipocrates berbunyi Primum non nocere atau lebih dikenal dengan First, do no harm. Maknanya, sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab untuk memberikan tidak hanya pelayanan yang prima, namun juga mewujudkan RS yang dapat mendorong upaya kuratif bagi pasien dan juga upaya preventif baik bagi pasien maupun seluruh staf/karyawan. Masalah lingkungan menjadi penting karena jika RS gagal mengelola dampak lingkungan akan menyebabkan masyarakat menjadi sakit dan justru memerlukan lebih banyak pelayanan kesehatan, sebagaimana digambarkan berikut ini4. 

service

Kesadaran global akan dampak lingkungan pelayanan kesehatan telah bangkit melalui penerapan program green hospital. Di Amerika, 10 RS menerapkan green hospital tahun 2006. Di Eropa, 148 RS menerapkan green hospital tahun 2008. Di Indonesia, awareness tentang isu green hospital baru dimulai, dimana 3 RS mencanangkan penerapan green hospital, yaitu RS Kanker Dharmais, RS Persahabatan dan RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi. Sampai saat ini belum ada role model atau panduan standar yang berlaku baik secara global maupun secara nasional. Namun buku panduan untuk penerapan green and healthy hospital di Indonesia sedang disusun oleh Kementrian Kesehatan yang bekerja sama dengan Green Building Council Indonesia (GBCI)5. Kemenkes telah mencanangkan bahwa tahun 2020 semua RS sudah menerapkan Green Hospital (Kemenkes, 2012).

Penelitian di RS Kanker Dharmais dan RSUP Persahabatan telah dilakukan oleh Nugraha6. Penelitian yang akan dipaparkan kali ini dilakukan di RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi sebagai satu-satunya RS milik Pemda yang telah mencanangkan Green Hospital (sejak tahun 2010). Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan konsep green hospital di RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi dan mengapa mereka dapat melaksanakannya? Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh?

Bahan dan Cara Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus deskriptif yang merupakan kasus tunggal holistik. Dengan metode Purposive Sampling, informan dipilih berdasarkan pengetahuan terhadap topik penelitian, yaitu Direktur, Pelaksana Program, Ketua, Koordinator dan Pengawas. Instrumen yang digunakan adapah pedoman wawancara, observasi dan penelusuran dokumen. Data dianalisis menggunakan pattern matching.

Hasil dan Pembahasan 

  1. Hasil Evaluasi pelaksanaan Green Hospital menurut kriteria Greenship Pelaksanaan green hospital di RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi memenuhi kriteria berikut ini: Community Accessibility poin 1, 2 dan 3A, Site Landscaping poin 1 dan 3, Building neighbourhood poin 1 dan 3, Policy and Energy Management Plan poin P, Water Management policy poin P, Waste Management Policy poin P, Waste Management Practice poin 1,2, dan 3, No Smoking Campaign poin P, Environtmental Tobacco Smoke Control. Dari 51 kriteria yang terdapat dalam tolok ukur penilaian, RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi memenuhi 9 kriteria atau setara dengan 18%. Adapun rincian hasil dari penilaian  akan dijelaskan berikut ini dengan gambar dan keterangan sesuai dengan kriteria yang dipenuhi. 
  2. Identifikasi Faktor pendukung dan penghambat Faktor pendorong terbesar meliputi: leadership dari direktur sebelumnya (yang memulai program ini), MKM, dukungan pemerintah (Kemenkes maupun Kementerian Lingkungan Hidup), kecenderungan dunia yang mengarahkan perhatian pada hal tersebut. Faktor penghambatnya adalah biaya investasi.

Keberhasilan dari suatu program dipengaruhi oleh manajemen dari program itu sendiri (by design). Menurut Stone dalam Handoko, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasaian, pengarahan dan pengawasan.

manajemen

  • Perencanaan,RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi memiliki keinginan untuk menuangkan kebijakan mutu, K3 dan lingkungan dengan menciptakan fasilitas layanan masyarakat yang aman, nyaman berbasis green hospital, eco-friendly serta tidak menimbulkan dampak pada lingkungan sekitarnya sebagaimana dimaksud dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit8. Atas dasar itulah direktur terdahulu melakukan pencanangan program green hospital pada tahun 2010 dengan nama “Ecofriendly Hospital”. Dari segi pemilihan tujuan organisasi dan penentuan program sudah dilakukan. Namun penelitian ini menemukan dari segi penentuan strategi, arah kebijakan, sistem dan  prosedur belum tersusun secara rapi dan mendalam dan terintegrasi bahkan belum ada penganggaran khusus sehingga masih menumpang pada biaya program lain.
  • Pengorganisasian,Penelitian ini tidak menemukan adanya kelompok kerja yang ditentukan, penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan, penugasan tanggung jawab maupun pendelegasian. Tidak ada struktur formal, dan tidak ada pekerjaan yang ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan secara utuh dalam rangka green hospital. RS cenderung menggunakan struktur yang ada secara non formil melaksanakan kegiatan yang diyakini sebagai bagian dari pelaksanaan green hospital.

    Sebenarnya struktur organisasi yang ada di RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi telah memenuhi lima unsur elemen dasar seperti yang diungkapkan oleh Mintzberg dalam buku yang ditulis oleh Nevizond Chatab, yaitu: The operating core (frontline staff yang menghasilkan produk atau jasa), The strategic apex (manajer puncak), The middle line (manajemen menengah), The technostructure (analis yang bertanggung jawab melaksanakan bentuk standarisasi tertentu) dan The support staff. Namun berdasarkan sifatnya, program green hospital di RS dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang bersifat proyek karena bukan merupakan departemen utama organisasi. Untuk itu perlu ada organisasi khusus dimana koordinasi dapat melintasi berbagai unit fungsionalnya dengan struktur organisasi matriks. Berikut adalah contoh bentuk struktur organisasi matriks dalam pelaksanaan proyek program green hospital:

    struktur

    1. Penyusunan PersonaliaSaat ini penyusunan personalia hanya didasarkan pada kesesuaian atau kedekatan prinsip kriteria greenship dengan tugas fungsionalnya. Misalnya pengelolaan sampah diatur oleh bagian sanitasi, pengelolaan landscape oleh bagian pertamanan. Dalam proses penyusunan ini peneliti menyarankan agar RS menyusun kriteria tertentu, misalnya Penanggung Jawab Program Green Hospital sedapat mungkin adalah seorang Greenship Asscociates (GA) atau Greenship Professional (GP). Penanggung jawab mengikuti pelatihan atau pengembangan melalui program pelatihan yang diadakan oleh organisasi yang seminat, dalam hal ini GBCI.
    2. Pengarahan,Pengarahan secara khusus dan rutin belum dilakukan. Hal yang ditemukan adalah koordinasi di bagian atau tugas fungsionalnya masing-masing tentang pokok kriteria yang menjadi tugasnya. Jika ada struktur yang jelas, anggota tim yang sudah terbentuk dan pembagian tugas yang jelas, maka dapat dilakukan pengarahan untuk mendorong para staf melakukan apa yang diinginkan oleh tujuan organisasi. Fungsi ini disebut juga leading, directing, motivating, actuating. 
    3. Pengawasan,Terdiri dari pengawasan positif, yaitu mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan efektif dan efisien. Kemudian pengawasan negatif, mencoba menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terjadi kembali.

     

    Kesimpulan

    Berikut adalah beberapa poin kesimpulan dari Pelaksanaan Green Hospital di RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi:

    1. Pelaksanaan Green Hospital di RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi dilaksanakan dengan pencanangan program eco friendly hospital  yang meliputi :   hemat air (save water), hemat energi (save energy), manajemen sampah (waste management) dan  eco-protection.
    2. Dari 51 kriteria yang terdapat dalam tolok ukur penilaian Greenship, RSUD R. Syamsudin, SH memenuhi 9 kriteria (18%), meliputi tema Community Accessibility, Site Landscaping, Building neighbourhood, Policy and Energy Management Plan, Water Management Policy, Waste Management Policy, Waste Management Practice, No smoking Campaign, dan Environmental Tobacco Smoke Control.
    3. Faktor pendorong terlaksananya program Green Hospital di RSUD R. Syamsudin, SH Kota Sukabumi: faktor Direktur (Leader) yang visioner,  pemerintah melalui peraturan-peraturan manajemen lingkungan, dan isu global internasional berupa tren penerapan Green Hospital sebagai bagian dari upaya mengurangi pemanasan global.
    4. Faktor penghambat terlaksananya program ini: biaya investasi dan manajemen program yang belum baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Health Care Without Harm (HCWH). (2011) Global Green and Healthy Hospital: A Comprehensive Environmental Health Agenda for Hospitals and Health Systems around the World.
    2. Manajemen Rumah Sakit (MRS). (2013) Green Hospital berbagai Pilihan Strategi-dan Inisiatif Hijau untuk RS.http://manajemenrumahsakit.net/2013/11/green-hospital-berbagai-pilihan-strategi-dan-inisiatif-hijau-untuk-rs/.
    3. Alamsyah, B. (2007) Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit Pupuk Kaltim Bontang untuk Memenuhi Baku Mutu Lingkungan. Tesis. Magister Ilmu Lingkungan. Universitas Diponegoro.
    4. Azmal, M., Kalhor, R., Dehcheshmeh, N.F., Goharinezhad, S., Heidari, Z.A. and Farzianpour, F. (2014) Going toward Green Hospital by Sustainable Healthcare Waste Management: Segregation, Treatment and Safe Disposal. Health, 6, 2632-2640. http://dx.doi.org/10.4236/health.2014.619302
    5. (2015)Panduan-Green-Hospital-Sedang-Disusun-Kemenkes-dan-GBCI http://www.kebijakankesehatanindonesia.net/v13/component/content/article/73-berita/1455-panduan-green-hospital-sedang-disusun-kemenkes-dan-gbci.html. diakses 7 juli 2015
    6. Nugraha, Eka Surya. (2014) Green Hospital. Pendekatan baru dalam pengelolaan rumah sakit. Studi Kasus di RSUP Persahabatan dan RS kanker Dharmais.
    7. Handoko, T. hani. (2009) Manajemen, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta
    8. (2010) Pencanangan Go Green RSUD R. Syamsudin, SH.. http://pkrsbunut.blogspot.com/2010/07/pencanangan-go-green-rsud-r-syamsudin.html. Diakses pada 22 Juni 2015.

    [1] Postgraduate Study of Hospital Management Program,  Faculty of medicine, Gadjah Mada University

    [2] Public Health Department, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University

    [3] Public Health Department, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University