Webinar Pengalaman Lapangan dalam Menggunakan Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Efisiensi dan Kualitas Sistem Rujukan

Rabu, 9 Mei 2018

i.underline

Webinar Smart Hospital kali ini mengambil tema Pengalaman Lapangan Dalam Menggunakan Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Efisiensi dan Kualitas Sistem Rujukan yang dipaparkan oleh dr. Agus Suryanto, Sp.PD-KP, MARS,   Direktur Utama RSUP dr. Karyadi dan Dr. dr. Khalid Saleh, Sp. PD-KKV, FINANC, MARS, Dirut RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, dr. Budi Suryadarma, SH, MHKes mewakili Kementerian Kesehatan sebagai pembahas, serta dr. Guardian Yoki Sanjaya, M. HlthInfo sebagai moderator  dr. Agus Suryanto memaparkan mengenai pemanfaatan SPGDT untuk memudahkan kasus layanan kegawatdaruratan dan mempercepat respon layanan.   Berdasarkan Permenkes No 19 / 2016 pelaksanaan SPGDT dipusatkan di 119 dengan pelayanan berbasis Call Center yang meliputi National Command Center dan Public Safety Center.  Sistem yang dibangun adalah sistem komunikasi gawat darurat,  sistem penanganan gawat darurat, dan sistem transportasi.  Hal tersebut terpadu dan terintegrasi dengan  masyarakat, Telkom, kepolisian, pemerintah, dan rumah sakit.  Sasarannya  adalah response time meningkat, koordinasi lintas sektor, dan  mengkoordinasi pelayanan rujukan (sentralisasi wilayah dan sentralisasi layanan).

Khalid Saleh memaparkan topik pemanfaatan SISRUTE untuk mendukung kualitas sistem rujukan. Latar belakang ruang perawatan penuh, penolakan pasien, lambatnya pelayanan awal di gawat darurat menjadi pendorong pemanfaatan SISRUTE. SISRUTE memfasiliasi komunikasi antara perujuk dan penerima rujukan antara lain informasi kondisi pasien (bahkan sampai gambar digital) yang mengarah pada telemedicine, sistem sudah terhubung dengan NIK, ketersediaan tempat tidur, alat medis yang tersedia, dan persediaan data.  Pengembangan lanjutan dari SISRUTE ini adalah tracking ambulance dan menambah jumlah rumah sakit yang tergabung dalam SISRUTE (1,300an rumah sakit).  Hal tersebut membutuhkan  komitmen rumah sakit untuk terlibat dalam jejaring SISRUTE.

Kedua topik tersebut ditanggapi oleh  dr. Budi Suryadarma mengenai aplikasi SPGDT dan SISRUTE perlu diintegrasikan satu sama lain dengan adanya pemetaan layanan unggulan, pemetaan layanan fasilitas kesehatan, kemudahan akses informasi kesehatan (FKTP ke FKTRL dan antar FKTRL), peningkatan mutu pelayanan rujukan pertama, didukung dengan teleconference dan  regulasi yang berkaitan dengan pelayanan rujukan.

Diskusi webinar kali ini mengarah pada pentingnya “integrasi” yaitu integrasi pelayanan pasien (meningkatkan kualitas pelayanan rujukan antar fasilitas kesehatan yang berbeda), integrasi stakeholder (pelayanan rujukan tidak hanya antar fasilitas kesehatan, tetapi juga perlu didukung stakeholder lain seperti Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, BPJS Kesehatan, kepolisian, bahkan Kementerian Dalam Negeri untuk identitas pasien), integrasi teknologi (mengoptimalkan teknologi dalam konteks integrasi berbagai sistem informasi seperti SIM RS, SISRUTE, SIRANAP, SPGDT, Telemedicine).

Untuk mencapai konsep “integrasi” tersebut, berbagai pihak perlu berperan.  Dari Kementerian Kesehatan dengan membuat regulasi yang mendukung percepatan integrasi sistem informasi (penggunaan rekam medis elektronik, kerahasiaan data, sharing data medis antar fasilitas kesehatan, integrasi sistem informasi), memfasilitasi integrasi teknologi informasi antar fasilitas kesehatan dan lembaga-lembaga yang ada, dan memfasilitasi komunikasi lintas sektor di tingkat pusat sehingga memudahkan koordinasi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.  Sedangkan dari fasilitas kesehatan, Dinas Kesehatan, BPJS Kesehatan dan stakeholder lain perlu terlibat aktif dalam upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan rujukan, berkontribusi terhadap upaya integrasi sistem informasi baik di level kabupaten/kota, provinsi maupun pusat, dan bersama-sama melakukan evaluasi terhadap pelayanan rujukan berbasis data.

Oleh: Elisabeth Listyani (PKMK UGM)