Antisipasi Rumah Sakit Menghadapi Kasus Metabolik Pasca Ramadhan
[info_post_meta]
Puasa merupakan kewajiban setiap muslim pada bulan Ramadhan. Setiap yang sehat dan tidak ada halangan syar’i, maka selama bulan Ramadhan setiap muslim harus menghindari asupan makanan dan minuman dari waktu subuh sampai dengan waktu maghrib.
Secara umum puasa terbukti bermanfaat bagi kesehatan, beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari berpuasa antara lain: Puasa dapat menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, menurut penelitian “chronobiological”, ketika kita berpuasa akan terjadi peningkatan High Density Lipoprotein (HDL) dan penurunan Low Density Lipoprotein (LDL). Kita tahu bahwa HDL adalah kolesterol yang baik yang membantu menghilangkan kolesterol dari dinding pembuluh darah, membersihkan arteri sehingga mengurangi resiko penyakit jantung. Sedangkan LDL adalah kolesterol jahat adalah pembentuk plak sebagai penyumbat arteri yang menyebabkan serangan jantung atau storke. Puasa dapat mengurangi kadar adrenalin dalam tubuh yang bisa memberikan dampak baik bagi tubuh. Kurangnya adrenalin dalam tubuh dapat mencegah terbentuknya kolesterol dan kontraksi empedu yang berakibat juga mengurangi resiko penyakit jantung, pembuluh darah dan otak atau stroke.
Sekelompok mahasiswa di Universitas of Chicago menjadi subyek penelitian dengan berpuasa selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbukti kewaspadaan mental mereka meningkat dan perkembangan dalam berbagai penugasan kampus mendapat nilai yang luar biasa. Berdasarkan penelitian yang membahas tentang kaitan puasa dengan kadar hormon testosteron membuktikan bahwa puasa pada awalnya dapat menurunkan nafsu seksual dan menurunkan hormon testosteron. Tapi hal tersebut bersifat sementara, karena setelah beberapa hari dijalankan justru produksi testosteron meningkat pesat secara signifikan dan performa seksual semakin meningkat.
Berpuasa dapat membuat saluran usus menjadi bersih dari endapan makanan yang jika kadarnya berlebih dapat menjadi lemak dalam perut dan memperbaiki saluran pencernaan sehingga proses metabolisme menjadi lancar. Berpuasa hampir serupa dengan diet OCD yang booming beberapa waktu lalu, ada yang berhasil tapi ada pula yang gagal tergantung seseorang disiplin atau tidak menjalankan program diet tersebut. Demikian juga dengan berpuasa.
Dr.Ehret, salah satu ilmuwan kejiwaan, menyatakan bahwa beberapa hari berpuasa akan memberikan dampak fisik dan lebih lanjut ke kesehatan mental, seseorang harus menjalani puasa lebih dari 21 hari. Hal ini terkait dengan neurogical cells. “Neuroglial Cells” adalah sel yang berfungsi sebagai pembersih dan penyehat otak, maka sel neuron yang rusak/mati akan dibersihkan oleh sel tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi kesehatan mental.
Penelitian membuktikan bahwa pada waktu puasa akan terjadi peningkatan jumlah limfosit-B hingga 10 kali lipat yang mampu memperkuat imunitas sehingga terhindar dari infeksi. Puasa juga mengurangi konsumsi gula dan makanan berlemak sehingga dapat mengembalikan keseimbangan kadar gula dan kolesterol dalam tubuh.
Aspek metabolik yang timbul akibat pola makan yang berubah baik pada waktu sebelum puasa ke puasa dan setelahnya ke hari-hari tidak puasa tentu menimbulkan dampak bagi tubuh baik yang positif maupun negatif tergantung dari perubahan pola yang dijalani. Hal tersebut harus menjadi perhatian rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain, karena beberapa kasus yang mungkin muncul di masyarakat sangat mungkin disebabkan oleh perubahan pola makan atau asupan makanan akibat satu bulan berpuasa.
Beberapa kasus yang harus diwaspadai adalah pada klien dengan gangguan metabolik dengan kasus hipoglikemia pada penderita Diabettus Mellitus (DM), akan tetapi klien yang telah terdiagnosis DM biasanya telah mendapatkan informasi yang lengkap tentang konsidi penyakit dan puasa yang akan dijalaninya sehingga antisipasi dapat dilakukan dan tidak terjadi gangguan metabolik serta hal lain yang dikhawatirkan akan terjadi akibat menjalankan puasa.
Namun hal tersebut tetap harus diantisipasi oleh rumah sakit baik pada layanan gawat darurat maupun layanan rawat jalan. Di layanan gawat darurat tentu saja kewaspadaan terhadap kasus hipoglikemia hingga gangguan kesadaran perlu mendapat antisipasi yang baik, sedangkan di layanan rawat jalan pemberian edukasi yang optimal kepada pasien-pasien dengan potensial terjadi gangguan metabolik akibat berpuasa menjadi harus diperhatikan dan dilakukan dengan optimal. Dari pengamatan penulis, kasus sincope (pingsan) dapat terjadi pada waktu seseorang menjalankan puasa dapat terjadi akibat peningkatan aktivitas menjelang waktu berbuka puasa atau waktu menjelang perayaan hari Idul Fitri yang terjadi di pusat perbelanjaan atau di pasar-pasar, baik oleh karena kondisi hipoglikemia maupun hipoksia otak.
Kasus kasus metabolik lain jarang sekali dijumpai, namun demikian rumah sakit tetap harus waspada dan menyiapkan diri seoptimal mungkin untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan tetap mengedepankan patient safety. (TYR)
Sumber:
http://se-cara.blogspot.co.id/2013/07/puasa-ditinjau-dari-segi-kesehatan: “Manfaat Puasa Ditinjau Dari Segi Kesehatan” diakses pada tanggal 17/04/2017 jam 11:12
http://inkesehatan.blogspot.co.id/2014/07/manfaat-puasa-bagi-kesehatan: “Manfaat Puasa Ramadhan Bagi Kesehatan I Inkesehatan” diakses pada tanggal 19/04/2017 jam 11.18
http://berbagiilmudanmotivasi.blogspot.co.id/2012/07/sehat-dan-berstamina-saat-puasa: “Berbagi Ilmu dan Motivasi: Sehat dan Berstamina Saat Puasa” diakses pada tanggal 19/04/2017 jam 11.30