Cost Effectiveness analysis of pediatric epilepsy surgery vs medication in children with drug resistant epilepsy
Cost Effectiveness analysis of pediatric epilepsy surgery vs medication in children with drug resistant epilepsy
dr. Rizki Tsalatshita Khair Mahardya, MPH – Peneliti Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (Pusat KPMAK) FK-KMK UGM
Delapan puluh persen pasien epilepsi tinggal di negara berkembang dengan pendapatan perkapita yang rendah. Sistem pelayanan kesehatan umum di negara berkembang, khususnya di negara tropis, secara khusus terfokus pada sumber daya dan pelatihan berkala pada kasus-kasus penyakit infeksi akut. Perhatian yang diberikan untuk pelayanan dan tata laksana penyakit kronik sangat terbatas. Dua pertiga dari penderita epilepsi terkontrol dengan terapi obat antiepilepsi (OAE) lini pertama. Saat ini jumlah OAE bertambah banyak. Begitu banyak OAE yang lebih baru dan lebih mahal serta terapi lain seperti operasi. Biaya yang dikeluarkan sebesar US$5 perorang pertahun di negara dengan pendapatan perkapita rendah.
Penyakit epilepsi bersifat kronik sehingga dapat mengganggu kualitas hidup dan membutuhkan biaya cukup banyak. Gangguan kualitas hidup dapat disebabkan oleh komorbiditas terkait penyakit epilepsi, efek jangka panjang dari OAE yang dikonsumsi, atau keterbatasan dalam kehidupan sosial dan aktivitas harian. World Health Organization (WHO) melakukan penelitian di sembilan negara berkembang mengenai beban biaya OAE lini pertama yang dikonsumsi pasien epilepsi. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kesinambungan terapi OAE pada 50% kasus epilepsi primer dapat menurunkan beban biaya sebesar 13-40%, dengan biaya perorang pertahun sebesar 0,2-1,33 satuan dolar internasional. Jika rerata cakupannya mencapai 80% dapat menurunkan beban biaya sebesar 21% sampai 62%.