Diabetes Pada Ibu Hamil, Berbahayakah?
[info_post_meta]
Prevalensi diabetes di dunia utamanya pada ibu hamil dilaporkan terus meningkat setiap tahunnya. Banyak penelitian yang menunjukkan ibu hamil dengan hiperglikemia akan meningkatkan risiko terjadinya makrosomia pada bayi dan pre-eklamsia pada ibu. Deteksi dini terkait diabetes gestasional sangat penting untuk bisa mengurangi risiko/ komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu maupun bayi. Selain deteksi dini diperlukan juga pencegahan serta intervensi bagi para ibu untuk mengurangi angka kejadian diabetes gestasional. WHO dan American Diabetes Association telah membuat panduan untuk manajemen dan intervensi pada ibu hami dengan riwayat diabetes maupun diabetes gestasional. Harapannya angka kejadian diabetes pada ibu hamil dapat berkurang dan morbiditas ibu dan anak pun menurun.
Diabetes gestasional merupakan kondisi dimana ibu mengalami intoleransi terhadap karbohidrat yang ditunjukkan dengan hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat kehamilan. Pada trimester pertama hingga pertengahan trimester kedua, kadar gula darah puasa dan postprandial lebih rendah daripada pada perempuan yang tidak hamil. Meningkatnya kadar gula darah dalam periode ini merefleksikan kemungkinan adanya diabetes dalam kehamilan. Pemerikasaan kadar gula darah pada ibu hamil biasanya dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu. Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk menentukan adanya diabetes gestasional pada ibu hamil adalah OGTT (setelah puasa 8-14 jam), gula darah plasma setelah 2 jam puasa.
Terapi yang diberikan pada ibu hamil dengan diabetes menunjukkan penurunan risiko terjadinya makrosomia, besar usia kehamilan, dan juga distokia pada bayi. Selain itu pemberian terapi yang tepat juga dapat menurunkan risiko terjadinya preeklamsia maupun gangguan hipertensi lainnya pada ibu hamil. Pada panduan manajemen diabetes gestasional dari American diabetes association menyebutkan bahwa intervensi awal pada diabetes gestasional adalah dari diet dan aktivitas fisik/ olah raga. Selanjutnya jika memang belum berangsur membaik maka diperlukan intervensi obat-obatan. Obat-obatan yang sering digunakan pada diabetes gestasional adalah insulin, metformin, dan glyburide.
Diabetes gestasional memiliki berbagai dampak kepada ibu maupun janin, antara lain meningkatkan risiko ibu mengalami hipertensi pada kehamilan hingga pre-eklamsia. Sedangkan pada janin bisa meningkatkan risiko diabetic embryopathy terutama anensefali, mikrosefali, dan congenital heart disease. Selain itu sering juga didapatkan besar usia kehamilan dan makrosomia pada bayi yang lahir dari ibu dengan diabetes gestasional. Hal ini dapat dicegah dengan melakukan berbagai intervensi sebelum maupun selama kehamilan seperti:
- Preconception counseling (konseling sebelum kehamilan)
- Melakukan modifikasi diet dan gaya hidup pada ibu hamil dengan diabetes gestasional dengan target:
- Gula darah sebeum makan <95mg/dL
- Gula darah 1 jam setelah makan <140mg/dL
- Gula darah 2 jam setelah makan <120mg/dL Pada ibu hamil yang sebelumnya memiliki riwayat diabetes baik tipe 1 maupun 2, ditargetkan:
- Gula darah sebelum makan/ sewaktu 60-99mg/dL
- Gula darah setelah makan 100-129mg/dL
- HbA1C <6%
- Menjaga tekanan darah 110-129/65-79 mmHg. Jika disertai hipertensi maka dapat menggunakan obat anti hipertensi selain golongan ACE inhibitor dan ARB. (obat antihipertensi yang aman untuk ibu hamil: metildopa, labetolol, diltiazem, klonidin, prazoin)
Selain intervensi tersebut, pada ibu yang memiliki riwayat diabetes ataupun diabetes gestasional dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi dan memberikan jarak antar kehamilan minimal 5 tahun. Pada ibu dengan riwayat diabetes maupun diabetes gestasional disarankan untuk membatasi jumlah persalinan, maksimal melahirkan sebanyak 3 kali mengingat risiko makrosomia dan komplikasi lainnya yang juga bisa membahayakan nyawa ibu.
Referensi: