Glaukoma Bahaya Si Pencuri Penglihatan

[info_post_meta]

Salah satu panca indera kita yaitu mata penting peranannya bagi kehidupan manusia. Jika mata bermasalah, bahkan sampai mengalami kebutaan, tentu dapat menghambat produktivitas seseorang dalam bekerja dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Pada acara Bakti Sosial Operasi Katarak beberapa waktu lalu di Depok, Jawa Barat, Menkes Nila F. Moeloek mengatakan, “Diperkirakan setiap tahun kasus baru buta katarak akan selalu bertambah sebesar 0,1% dari jumlah penduduk atau kira-kira 250.000 orang/tahun. Sementara itu kemampuan kita untuk melakukan operasi katarak setiap tahun diperkirakan baru mencapai 180.000/tahun sehingga setiap tahun selalu bertambah backlog katarak sebesar lebih kurang 70.000. Jika kita tidak segera mengatasi backlog katarak ini maka angka kebutaan di Indonesia semakin lama akan semakin tinggi. (sumber : http://www.depkes.go.id).

Negara kita masih termasuk yang jumlah penderita kebutaannya tinggi. Tercatat ada dua juta penduduk di Indonesia yang masih hidup dengan kebutaan. Jumlah tersebut hanya berbeda sedikit dengan negara miskin. Hal ini tentu saja tidak bisa dibiarkan. Hal yang perlu diketahui adalah gangguan mata atau penyebab kebutaan bukan hanya katarak saja. Gangguan mata lainnya yang juga dapat menyebabkan kebutaan adalah glukoma.

Sayangnya, masih banyak masyarakat yang tidak memahami penyakit yang satu ini. Hingga akhirnya glukoma sering disebut dengan si pencuri penglihatan secara diam-diam. Penyakit ini menjadi sangat berbahaya karena tidak dapat disembuhkan, tetapi sangat mungkin untuk dicegah.

Glukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak di seluruh dunia. Berbeda dengan katarak, kebutaan yang diakibatkan glukoma bersifat permanen, atau tidak dapat diperbaiki. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus glukoma, berdasarkan WHO 2010 diperkirakan sebanyak 3,2 juta orang mengalami kebutaan glukoma (sumber : http://www.pressreader.com)

Menurut spesialis mata Jakarta Eye Center (JEC) DR dr Ikke Sumantri SpM(K), glaukoma adalah penyakit saraf mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan bola mata. Kerusakan ini juga ditandai dengan gambaran khas kerusakan mata serta gangguan luas penglihatan.

Peningkatan tekanan bola mata ini, kata Ikke, terjadi karena ketidakseimbangan produksi cairan bola mata dengan jumlah yang dikeluarkan melalui trabekulum atau depan bola mata. Akibatnya terjadi efek mekanik pada saraf mata. “Sehingga, berujung pada kerusakan saraf mata dan kebutaan,” ungkapnya dalam acara Media Briefing Waspada Glaukoma di Usia Produktif di Jakarta, beberapa waktu lalu.

“Glukoma jelas berbeda dengan katarak. Kalau katarak di operasi bisa sembuh karena cairannya hanya menumpuk di depan mata dan bisa disedot. Kalau glaukoma dan penyakit akibat gangguan retina biasanya buta permanen,” jelas Ikke.

World Glaucoma Day atau hari glukoma sedunia dideklarasikan pada tanggal 6 maret 2008 dan diperingati setiap 12 Maret.

Sebagai langkah untuk memberikan dukungan terhadap komitmen global vision 2020 : The Right to Sight, masyarakat dituntut untuk mengkampanyekan agar seluruh warga dunia dan tentunya masyarakat di Indonesia memusatkan perhatian pada isu global tentang gangguan penglihatan dan kebutaan.

http://www.wgweek.net/about-world-glaucoma-week/

glaucoma

                                                                                               sumber poster : http://www.wgweek.net/

Sejak Hari Glaukoma Dunia dicanangkan pada 2008 oleh Asosiasi Glaukoma Dunia, mereka telah melakukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat khususnya orang-orang yang berisiko dengan memberikan informasi yang berguna bagi keluarga dekat pasien glukoma.

Pada tahun 2013 ada sekitar 64.300.000 orang ( usia 40 – 80 ) tahun yang menderita sakit glukoma dan diprediksi akan terus meningkat menjadi 76 juta manusia di tahun 2020 yang akan datang (SW).