KANKER SERVIKS, BAGAIMANA MENCEGAHNYA?
[info_post_meta]
Berdasarkan data WHO kanker merupakan penyebab kematian tersering kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Setiap tahun 12 juta orang di dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2030 diperkirakan jumlah ini terus meningkat mencapai 26 juta pertahunnya dengan 17 juta diantaranya meninggal dunia. Berdasarkan data sistem informasi rumah sakit tahun 2010 sebanyak 12,8% kasus kanker yang tercatat merupakan kanker mulut rahim/ serviks. Insidensi penderita kanker serviks meningkat 3,1% tiap tahunnya. Penyebab kanker serviks adalah HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe onkogenik 16 dan 18. Faktor risikonya hubungan seksual bebas pada usia muda, multipartner sexual, merokok, banyak anak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB, IMS, gangguan imunitas.
Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan perilaku CERDIK (Cek kesehatan teratur, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat dengan kalori seimbang, istirahat cukup, kelola stress) dan melakukan deteksi dini/ skrining (IVA, papsmear, sadari).
Infeksi HPV 100% ditularkan melalui hubungan seksual. Umumnya tidak terdapat keluhan ataupun gejala pada awal terjadinya infeksi. Pada 10% wanita yang terinfeksi akan menunjukkan tanda berupa lesi prekanker setelah 2-3 tahun terinfeksi HPV. Bila lesi pre kanker ini tidak diketahui dan tidak diobati maka dalam 3-17 tahun akan berkembang menjadi kanker serviks.
Faktor risiko terjadinya kanker serviks adalah sebagai berikut:
- Wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum 18 tahun
- Berganti-ganti pasangan seksual atau berhubungan dengan pria yang memiliki lebih dari 1 pasangan seksual
- Menderita atau memiliki pasangan yang menderita infeksi menular seksual (IMS)
- Merokok aktif maupun pasif
- Imunitas buruk, misalnya pada penderita HIV atau mengkonsumsi steroid dalam jangka waktu lama
Pada perempuan yang terinfeksi dan diketahui terdapat lesi prekanker ataupun kanker, ada beberapa pilihan terapi yang bisa diambil:
- Krioterapi
Dilakukan dengan cara merusak sel-sel pre kanker melalui pembekuan membentuk bola es pada permukaan leher rahim. Terapi ini bisa dilakukan di faskes dasar seperti puskesmas. - Elektrokauter
Membakan sel-sel prekanker dengan alat kauter. Prosedur ini dilakukan oleh dokter spesialis obsgyn dengan anestesi - LEEP (Loop Electrosurgical Excision Procedure)
Pengambilan jaringan yang mengandung sel-sel pre kanker dengan alat LEEP - Konisasi
Pengangkatan jaringan yang mengandung sel prekanker melalui operasi - Histerektomi
Pengangkatan leher rahim (serviks) hingga rahim. Biasanya dilakukan jika sudah terbukti kanker atau mengalami metastasis hingga ke rahim penderita.
Sudah sering kita dengar bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Pencegahan yang utama agar tidak menderita kanker serviks adalah tidak berperilaku seksual yang berisiko sehingga infeksi HPV tidak akan terjadi. Misalnya dengan tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini (kurang dari 18 tahun) dan tidak berganti-ganti pasangan. Selain itu menghindari faktor risiko yang dapat memicu terjadinya kanker seprti paparan asap rokok. Baik pada perokok aktif maupun pasif memiliki risiko yang sama. Melakukan vaksinasi HPV dan skrining atau penapisan untuk mengetahui apakah pasien sudah terinfeksi HPV atau belum, mengetahui ada tidaknya lesi prekanker pada mulut rahim.
Skrining sangat penting dilakukan sekaligus sebagai upaya deteksi dini insidensi kanker serviks. Skrining ini dianjurkan bagi perempuan yang aktif melakukan hubungan seksual terutama pada usia 30-50 tahun. Berikut beberapa skrining yang bisa dilakukan antara lain tes DNA HPV, Papsmear, tes IVA, servikografi, dan kolposkopi.
Sumber :
Kemenkes RI, Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks
Kemenkes RI, 2015, Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
Depkes RI, 2009, Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim & Kanker Payudara