Penyakit Hirschprung: Deteksi Dini dan Tata Laksana

Departemen Ilmu Bedah FK-KMK UGM

Efek dari polimorfisme gen RET & NRG1 pada pasien Hirschsprung di Indonesia

Dipublikasikan di Journal of Pediatric Surgery tahun 2014

Penyakit Hirschsprung  merupakan penyakit yang diakibatkan oleh gangguan migrasi sel krista neuralis ke usus besar (kolon).

Secara umum berdasarkan panjang segmen kolon aganglionik (tidak ada sel saraf) penyakit Hirschsprung diklasifikasikan menjadi:

  • Short segment (segmen aganglionik sampai dengan kolon sigmoid)
  • Long segment (segmen aganglionik sampai dengan melewati kolon sigmoid)
  • Total colon aganglionik (seluruh kolon aganglionik)

Sampai dengan saat ini ada 15 gen yang diyakini berperan dalam patogenesis penyakit Hirschsprung akan tetapi hanya 15 % yang sudah terbukti berperan. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pathogenesis penyakit Hirschsprung.

Penelitian pada populasi Eropa ditemukan 1 polimorfisme pada gen RET yaitu rs2435357 yang terbukti memiliki risiko tinggi 85% penyakit Hirschsprung di populasi Eropa. Penelitian lain yaitu penelitian GWAS di Hong Kong menunjukkan gen NRG1 rs7835688 dan rs16879552 juga merupakan faktor risiko penyakit Hirschsprung di populasi Hong Kong.

Apakah faktor risiko tersebut juga menjadi faktor risiko penyakit Hirschsprung di populasi Indonesia?

Penelitian kami di Indonesia melibatkan 60 pasien penyakit Hirschsprung sporadik non sindromik dengan 124 kontrol. Kami kemudian melakukan analisis bertahap:

  1. Pertama case control analysis;
  2. Kemudian Transmission Disequilibrium Test (TDT) dan
  3. Combine Join Effect dari gen RET & NRG1

Hasil analisis pertama menunjukkan bahwa RET rs2435357 merupakan faktor risiko terkuat penyakit Hirschsprung di populasi Indonesia, sedangkan marker genetik kedua yaitu NRG1 rs7835688 menunjukkan risiko menengah dan NRG1 rs16879552 tidak merupakan faktor risiko genetik.

Kemudian melakukan analisis Transmission Disequilibrium Test (TDT), menggunakan 33  orang tua yang terdiri dari 29 trios dan 3 duos. Hasil menunjukkan bahwa RET rs 2435357 merupakan faktor risiko yang signifikan pada penyakit Hirschsprung di Indonesia, untuk NRG1 rs7835688 dan NRG1 rs16879552 tidak menjadi faktor risiko penyakit Hirschsprung.

Penelitian kemudian dilanjutkan dengan analisis kombinasi efek dari polimorfisme gen RET dan NRG1, hasil menunjukkan bahwa risiko terjadinya penyakit Hirschsprung tergantung dari genotype RET rs2435357, apabila genotipe TT akan meningkatkan risiko penyakit Hirschsprung akan tetapi jika genotipe CT justru akan menjadi faktor protektif. Dapat dikatakan bahwa efek NRG1 epistaksis terhadap RET, jadi RET merupakan independent genetic risk factor terhadap penyakit Hirschsprung di Indonesia. Dengan kata lain efek yang ditimbulkan oleh NRG1 tergantung dari genotype RET.

Kesimpulan hasil penelitian:

  1. RET dan NRG1 merupakan faktor risiko genetic penyakit Hirschsprung di Indonesia
  2. Efek RET & NRG1 terjadi saat pembentukan saraf gastrointestinal.