Prof. Dr. Lily Arsanti Lestari, S.T.P., M.P

FakultasKedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Tanggal Pengukuhan2025/05/27
Judul PidatoPengembangan Produk Pangan Olahan Berbasis Bahan Baku Lokal untuk Intervensi Gizi dan Kesehatan

Perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu agenda besar pemerintah dalam mengatasi tingkat stunting. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di tahun 2022, masih terdapat 21,6% stunting, gizi kurang 17,1% pada balita. Sedangkan berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi stunting masih sebesar 21,5%, prevalensi overweight dan obesitas sebesar 37,8%. Sementara pada kelompok gangguan kesehatan karena masalah gizi, Prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi dan diabetes mellitus di tahun yang sama juga masih mencapai 30,8% dan 11,7%. Tinggi rendahnya angka tersebut dapat mengindikasikan proporsi gizi yang dikonsumsi masyarakat dan pola gaya hidup.

Guru Besar FK-KMK UGM Prof. Dr. Lily Arsanti Lestari, S.T.P., M.P., mengatakan persoalan kekurangan gizi dan stunting merupakan isu strategis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ekonomi, sanitasi, hingga budaya. Namun kondisi yang terjadi sekarang ini ada kelompok yang kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Pasalnya, prevalensi gizi kurang, stunting, dan obesitas masih cukup tinggi. Oleh karena itu, produk pangan fungsional penting untuk dikembangkan guna mendukung konsumsi bahan pangan lokal sebagai upaya pemenuhan diet pada gizi masyarakat. “Indonesia merupakan negara dengan kekayaan hayati nomor 2 terbesar di dunia setelah Brazil, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Penting untuk mengembangkan produk pangan olahan berbasis bahan lokal yang dapat memberikan manfaat kesehatan yang spesifik,” kata  Lily dalam pidato pengukuhan Guru Besar dirinya yang berlangsung di Balai Senat Gedung Pusat UGM, Selasa (27/5).

Meski begitu, Lily  menegaskan bahwa diet berperan penting pada berbagai kasus gizi dan kesehatan. Keseimbangan gizi akan bermanfaat pada kebutuhan nutrisi bagi tubuh dan menurunkan resiko munculnya penyakit. “Tentunya, mewujudkan gizi seimbang  perlu didukung kebijakan dan komitmen lintas sektor dalam memberikan akses bahan pangan lokal bergizi bagi masyarakat,” ujarnya.

Melalui pidatonya berjudul “Pengembangan Produk Pangan dan Olahan Berbasis Bahan Baku Lokal untuk Intervensi Gizi dan Kesehatan”, Lily menyatakan pengentasan kemiskinan dan mengatasi stunting memerlukan kontribusi pakar dan akademisi guna merumuskan kebijakan yang efektif dan inklusif. “Pemerintah mampu memberikan stabilitas pada bahan pangan pokok agar seluruh lapisan masyarakat dapat memenuhi gizi seimbang,” katanya.

Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A menyampaikan ucapan selamat dan semoga dengan disahkannya Prof. Lily Arsanti sebagai salah satu akademisi dengan gelar tertinggi, dapat memberikan kontribusi keilmuan yang dapat dikembangkan di kemudian hari. Ia menyebutkan Lily merupakan salah satu dari 530 guru besar aktif yang dimiliki oleh UGM dan satu dari 103 guru besar yang pernah dimiliki FK-KMK UGM.

Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie