Tema Hari Kesehatan Dunia 2017 : Depresi
[info_post_meta]
[info_post_meta]
Setelah tahun 2016, World Health Organization (WHO) membuat tema hari Kesehatan Dunia yang diperingati setiap 7 April dengan tema Beat Diabetes, karena diabetes melitus dianggap merupakan penyakit kronis dengan beban tinggi, dan menjadi isu mendunia karena telah menjadi epidemi global yang menghantam negara negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut Sahrad Adikary (Perwakilan WHO South East Asia regional Office – WHO SEARO) dari 3,7 juta kematian akibat diabetes di seluruh dunia, lebih dari satu perempatnya terjadi di Asia Tenggara, selain itu hampir separuh dari 96 juta penyandang diabetes di seluruh dunia tidak mengetahui bahwa mereka terkena diabetes.
Pada tahun ini (2017) WHO dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Sedunia mengusung tema khusus yaitu depresi (depressive disorder/clinical depression) suatu penyakit psikis yang ditandai dengan rasa sedih dan putus asa yang dialami di waktu-waktu tertentu, yang merupakan reaksi normal dalam menghadapi masalah, namun perasaaan ini akan menjadi sangat berbahaya pada tingkat akut jika berlangsung selama beberapa hari bahkan bermingu-minggu.
Sehingga masalah kesedihan terus-menerus ini telah dianggap sebagai suatu masalah serius yang harus ditangani dengan lebih serius. Faktanya, WHO pada 1990 melaporkan dari 10 masalah kesehatan utama yang menyebabkan disabilitas, 5 diantaranya adalah masalah kesehatan jiwa yaitu : depresi, alkoholisme, gangguan bipolar, skizofrenia dan obsesif kompulsif, bahkan WHO telah memprediksi di tahun 2020 yang akan datang, depresi akan menjadi penyakit urutan kedua dalam menimbulkan beban kesehatan.
Sementara itu, di Indonesia fasilitas tenaga kesehatan jiwa tahun 2015 terdapat 167 psikater konsultan dengan melayani populasi sebesar 252.370.792 jiwa, dengan sebaran tenaga kesehatan yang tidak merata karena tidak semua provinsi memiliki rumah sakit jiwa. Dari 34 provinsi hanya ada 26 provinsi yang memiliki RSJ yakni 1 (satu) Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dan 33 RSJ milik pemerintah dan 14 RSJ milik swasta ujar Lina Mngawe Kasubdit Keswa Anak dan remaja Kementrian Kesehatan. Adapun yang belum memiliki RSJ adalah Kepulauan Riau, Banten, Gorontalo, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi barat, Maluku Utara, dan Papua Barat.
Gangguan Mental Berat
Prevalensi gangguan mental emosional penduduk Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 angka tertinggi gangguan jiwa berat ada di Yogyakarta dan Aceh (masing masing 2,7‰), sedangkan yang terendah adalah Kalimantan Barat (0,7‰) sementara untuk prevalensi gangguan jiwa berat nasional adalah 1,7 per mil.
Tabel : Prevalensi Gangguan Jiwa Berat Menurut Provinsi Indonesia (2013)
Provinsi | Gangguan jiwa berat ( psikosis/skizofrenia) permil |
---|---|
Aceh | 2,7 |
Sumatera Utara | 0,9 |
Sumatera Barat | 1,9 |
Riau | 0,9 |
Jambi | 0,9 |
Sumatera Selatan | 1,1 |
Bengkulu | 1,9 |
Lampung | 0,8 |
Bangka Belitung | 2,2 |
Kepulauan Riau | 1,3 |
DKI Jakarta | 1,1 |
Jawa Barat | 1,6 |
Jawa Tengah | 2,3 |
DI Yogyakarta | 2,7 |
Jawa Timur | 2,2 |
Banten | 1,1 |
Bali | 2,3 |
Nusa Tenggara Barat | 2,1 |
Nusa Tenggara Timur | 1,6 |
Kalimantan Barat | 0,7 |
Kalimantan Tengah | 0,9 |
Kalimantan Selatan | 1,4 |
Kalimantan Timur | 1,4 |
Sulawesi Utara | 0,8 |
Sulawesi Tengah | 1,9 |
Sulawesi Selatan | 2,6 |
Sulawesi Tenggara | 1,1 |
Gorontalo | 1,5 |
Sulawesi Barat | 1,5 |
Maluku | 1,7 |
Maluku Utara | 1,8 |
Papua barat | 1,6 |
Papua | 1,2 |
Indonesia | 1,7 |
sumber : RISKESDAS 2013
Gangguan Mental Emosional
Prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional nasional adalah 6,0% dimana prevalensi mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah ( 11,6%) sedangkan yang terendah di Provinsi Lampung (1,2%)
Tabel : Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur ≥ 15 tahun berdasarkan Self Reporting Questionnaire-20* menurut provinsi, Indonesia 2013
Provinsi | Gangguan jiwa berat ( psikosis/skizofrenia) permil |
---|---|
Aceh | 6,6 |
Sumatera Utara | 4,5 |
Sumatera Barat | 4,5 |
Riau | 2,7 |
Jambi | 1,6 |
Sumatera Selatan | 4,6 |
Bengkulu | 2,2 |
Lampung | 1,2 |
Bangka Belitung | 6,0 |
Kepulauan Riau | 2,6 |
DKI Jakarta | 5,7 |
Jawa Barat | 9,3 |
Jawa Tengah | 4,7 |
DI Yogyakarta | 8,1 |
Jawa Timur | 6,5 |
Banten | 5,1 |
Bali | 4,4 |
Nusa Tenggara Barat | 6,4 |
Nusa Tenggara Timur | 7,8 |
Kalimantan Barat | 2,5 |
Kalimantan Tengah | 3,2 |
Kalimantan Selatan | 5,1 |
Kalimantan Timur | 3,2 |
Sulawesi Utara | 5,9 |
Sulawesi Tengah | 11,6 |
Sulawesi Selatan | 9,3 |
Sulawesi Tenggara | 4,1 |
Gorontalo | 4,9 |
Sulawesi Barat | 6,1 |
Maluku | 4,9 |
Maluku Utara | 5,4 |
Papua barat | 2,5 |
Papua | 4,2 |
Indonesia | 6,0 |
Nilai Batas Pisah ( cut off point ) ≥6
sumber : Riskesdas 2013