Peran Manajer Keuangan Rumah Sakit Di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

[info_post_meta]

keuangan_RS

Oleh: Anastasia Susty Ambarriani

Masyarakat Ekonomi Asean dan Pengaruhnya dalam Industri Rumah Sakit 

Negara-negara ASEAN telah bersepakat untuk melakukan integrasi ekonomi dengan tujuan menciptakan stabilitas ekonomi dan kemakmuran yang merata di seluruh ASEAN dalam rangka menghadapi persaingan ekonomi global. Pengintegrasian ekonomi negara-negara ASEAN tersebut dikenal dengan ASEAN Economic Community atau masyarakat ekonomi asean (MEA). MEA membentuk ASEAN menuju pasar bebas. Karakteristiknya dengan menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif dan memberi peluang pada peningkatan kualitas sumber daya manusia serta infrastruktur secara merata di kawasan ASEAN.

MEA memberi peluang kerjasama antara negara-negara ASEAN untuk bekerjasama dalam peningkatan kapasitas ekonomi. Kerjasama tersebut dapat berupa pertukaran tenaga kerja, pengakuan profesional dan bantuan modal. Meskipun demikian, MEA juga menghadirkan tantangan yang besar bagi negara-negara di kawasan ASEAN, yaitu terciptanya persaingan bebas di kawasan ASEAN. Dengan adanya MEA, maka barang dan jasa bebas untuk diperdagangkan di kawasan ASEAN, selain itu tenaga kerja profesional juga mendapat pengakuan yang sama, dengan demikian tenaga profesional mempunyai kebebasan untuk bekerja di seluruh kawasan ASEAN. Demikian pula pemilik modal juga lebih bebas untuk menanamkan modalnya di kawasan ASEAN. Di satu sisi, MEA memberikan peluang kerjasama untuk peningkatan kapaitas ekonom, di sisi lain, jika tidak siap, maka MEA dapat menjadi ancaman bagi suatu negara di kawasan ASEAN karena hanya akan menjadi penonton kemajuan ekonomi di kawasan ASEAN.

MEA memberi dampak yang signifikan terhadap banyak sektor, termasuk industri rumah sakit. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN memberi dampak pada kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang semakin sejahtera akan menuntut pelayanan kesehatan yang lebih baik, dan mereka dapat memilih pelayanan terbaik di seluruh kawasan ASEAN, canggihnya teknologi akan mendekatkan jarak dan memudahkan masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan yang prima dari manapun, hal ini berdampak pada meningkatnya persaingan dalam industri pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Hal ini berarti akses jasa pelayanan kesehatan semakin mudah terjangkau dan berdampak semakin ketatnya persaingan di bidang pelayanan kesehatan.

Di era MEA, dimungkinkan tenaga professional seperti dokter dan perawat perofesional untuk bekerja di seluruh kawasan ASEAN. Hal ini memberikan peluang bagi rumah sakit untuk mendapatkan tenaga profesional terbaik untuk mendukung pelayanan kesehatan yang terbaik pula. Di sisi lain, bagi tenaga profesional dimungkinkan untuk memilih bekerja di seluruh kawasan ASEAN. Hal ini dapat menjadi peluang peningkatan pendapatan bagi tenaga profesional yang kompeten sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga profesional untuk meningkatkan kompetensinya sehingga mampu bersaing di era MEA.

Peran Manajemen Rumah Sakit dalam Era MEA

Era MEA  yang mengarah pada perdagangan bebas, juga berimbas pada industri rumah sakit. Persaingan dalam industri rumah sakit akan semakin meningkat. Meningkatnya persaingan harus diantisipasi oleh manajemen rumah sakit dengan menyusun strategi untuk dapat bertahan dan menang dalam persaingan. Meskipun rumah sakit tidak bertujuan utama mencari keuntungan seperti pada umumnya perusahaan, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa rumah sakit perlu dikelola secara efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan rumah sakit hanya bisa dilakukan jika manajemen rumah sakit melakukan proses manajemen dengan baik. Proses manajemen merupakan rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Proses manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan evaluasi kinerja serta pengambilan keputusan.

Perencanaan merupakan aktivitas manajerial untuk menentukan tujuan dan mengidentifikasi aktivitas yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Proses perencanaan dilakukan pada level strategis, jangka panjang dan jangka pendek. Pada level strategis, proses perencanaan disebut dengan perencanaan strategis, pada level ini manajemen puncak rumah sakit, seperti jajaran direksi harus mengidentifikasi visi dan misi rumah sakit, dan dengan melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal berusaha untuk menentukan strategi-strategi yang akan dilakukan untuk mencapai visi dan misi tersebut. Manajemen rumah sakit yang berwawasan visioner akan mempertimbangkan impelementasi MEA dalam penentuan tujuan organisasi dan penentuan strategi serta  menyatakannya secara jelas dalam Rencana Bisnis Strategi organisasi

Pengorganisasian merupakan aktivitas manajerial untuk menempatkan orang yang tepat dalam suatu posisi, pengalokasian sumber dana dan sarana dalam rangka mencapai tujuan. Jajaran manajemen rumah sakit harus memahami dengan baik, kompetensi setiap orang di dalam organisasinya dan memahami kebutuhan setiap elemen organisasi. Penempatan orang yang tidak sesuai dengan kompetensinya akan menghasilkan kinerja yang tidak baik dan menghambat pencapaian tujuan. Pengalokasian sumber dana dan sarana yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya inefisiensi. Inefeisiensi menyebabkan suatu organisasi menjadi sulit untuk bersaing. Manajemen rumah sakit perlu memahami tentang manajemen biaya strategis dan manajemen risiko, sehingga dapat melakukan upaya-upaya pengurangan pemborosan dan meningkatkan efisiensi.

Pengendalian merupakan aktivitas manajerial untuk memonitor rencana telah diimplementasikan dengan baik. Pengendalian dilakukan melalui pembandingan implementasi dan rencana. Melalui pembandingan antara rencana dan implementasi manajemen dapat melakukan evaluasi kinerja dan dapat melakukan perbaikan secara terus menerus. Perbaikan terus-menerus atau dalam ilmu manajemen sering disebut sebagai continuous improvement merupakan roh dalam proses manajemen dalam lingkungan persaingan yang ketat. Manajemen rumah sakit di era MEA harus memahami alat ukur kinerja yang mengarah pada perbaikan secara terus menerus. Sebagai contoh penggunaan standar kaizen (standar yang dinamis dan mendukung perbaikan secara terus-menerus) dan sistem balanced scorecard dapat membantu manajemen rumah sakit untuk melihat kinerja rumah sakit secara lebih komprehensif.

Pengambilan keputusan merupakan pemilihan dari berbagai alternatif pengambilan keputusan. Tugas manajemen rumah sakit sehari-hari adalah membuat keputusan, baik yang bersifat taktis maupun yang bersifat strategis. Pengambilan keputusan yang keliru dapat berakibat pada  menurunnya kesehatan organisasi. Dalam melakukan pengambilan keputusan, manajemen rumah sakit harus mempertimbangkan banyak faktor, baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Manajemen rumah sakit harus mampu memilih informasi yang relevan dalam suatu kasus pengambilan keputusan. Pemahaman tentang relevansi informasi biaya akan sangat menentukan ketepatan pengambilan keputusan.

Tugas manajemen rumah sakit di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi semakin berat. Untuk rumah sakit swasta yang harus menghidupi diri sendiri jelas ini kompetensi manajer dalam melakukan proses manajemen sudah menjadi suatu kebutuhan. Persaingan tidak lagi hanya bersifat lokal, tetapi bersifat regional dan bahkan global. Perdagangan bebas yang memungkinkan rumah sakit asing untuk menanamkan modal di Indonesia menjadi suatu tantangan bahwa rumah sakit rumah sakit swasta di Indonesia harus melakukan terobosan strategi pelayanan dengan kualitas tinggi dan biaya yang efisien. Meskipun rumah sakit pemerintah bisa dikatakan lebih aman dalam masalah pendanaan rumah sakit, namun demikian tuntutan terhadap kinerja rumah sakit yang baik juga membutuhkan kompetensi yang tinggi dalam bidang manajemen. Diberlakukannya BLU dan BLUD di rumah sakit pemerintah merupakan bukti bahwa rumah sakit pemerintah pun harus dikelola dengan menggunakan proses manajemen yang baik. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional yang memberlakukan sistem paket untuk pelayanan kesehatan memaksa rumah sakit pemerintah pun harus dikelola secara efisien.

Manajemen rumah sakit dituntut tidak hanya harus menguasai dengan baik bidang pelayanan kesehatan, tetapi juga harus mempunyai kompetensi yang tinggi dalam bidang manajemen. Kompetensi para manajer rumah sakit dalam melakukan proses manajemen menentukan keunggulan bersaing dalam era MEA.

Peran Manajer Keuangan Rumah Sakit dalam Era MEA

Rumah sakit bukanlah organisasi yang semata-mata mencari keuntungan. Tujuan utama rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan dengan tingkat patient safety yang tinggi. Namun demikian, kesehatan keuangan rumah sakit berperan sangat penting dalam menciptakan patient safety. Tanpa kesehatan keuangan yang baik, rumah sakit akan kesulitan untuk melakukan pemeliharaan peralatan, memilih tenaga professional yang baik dan melakukan inovasi-inovasi.

Untuk menciptakan kesehatan keuangan yang baik, rumah sakit membutuhkan manajer keuangan atau chief financial officer (CFO) yang kompeten. CFO ini bertanggung jawab terhadap fungsi keuangan dan akuntansi rumah sakit. CFO seharusnya bertanggung jawab secara langsung pada direktur dan dalam garis organisasi, menjalankan fungsi staf. CFO membawahi fungsi akuntansi dan keuangan. Tugas CFO adalah mengkoordinasikan fungsi akuntansi dan keuangan.

Dalam era MEA, peran manajer keuangan tidak hanya melakukan penyusunan laporan keuangan, tetapi ikut serta dalam penentuan strategi penciptaan keunggulan kompetitif rumah sakit. Tugas manajer keuangan sangat luas dan terlibat dalam setiap proses manajemen. Dalam proses perencanaan, manajer keuangan bertanggung jawab terhadap desain sistem penyusunan anggaran dan sekaligus harus berperan sebagai ketua komisi anggaran. Manajer keuangan harus mampu mengantisipasi dampak perilaku dari sistem penyusunan anggaran yang dimiliki oleh rumah sakit sekaligus mampu menciptakan sistem untuk mencegah perilaku negatif dari sistem anggaran yang digunakan. Manajer keuangan juga bertanggung jawab terhadap penyusunan prosedur penganggaran.

Dalam proses pengendalian dan evaluasi kinerja, manajer keuangan bertanggung jawab terhadap penyusunan desain pengukuran kinerja dan sistem penghargaan (reward system) yang mengarah pada perbaikan secara terus menerus (continuous improvement) dan penciptaan customer value. Untuk itu manajer keuangan harus mampu menciptakan format laporan kinerja yang mampu mengungkapkan perbaikan secara terus menerus dan penciptaan customer value. Misalnya format kinerja yang mampu menunjukkan adanya pemborosan dan aktivitas serta biaya yang tidak bernilai tambah.

Dalam proses pengambilan keputusan, manajer keuangan harus mampu menyediakan informasi yang relevan tentang berbagai alternatif pengambilan keputusan. Untuk dapat menyediakan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan, manajer keuangan harus memahami dengan baik konsep biaya relevan. Kekeliruan dalam mengidentifikasi informasi yang relevan dapat berakibat fatal dalam pengambilan keputusan. Dalam proses penentuan biaya produk, manajer keuangan harus memahami dengan baik konsep different cost for different purpose. Bahwa untuk menentukan besarnya biaya produk, harus diketahui terlebih dahulu tujuannya. Dalam hal ini, manajer keuangan rumah sakit harus mempunyai pemahaman yang baik terhadap akuntansi  biaya dan pembebanan biaya.

Dalam mengahadapi MEA, perlu disiapkan manajer-manajer keuangan rumah sakit yang kompeten dalam menjalankan peran strategis organisasi. Peningkatan kompetensi manajer keuangan rumah sakit dapat dilakukan melalui program pendidikan berkelanjutan atau melalui lokakarya peningkatan kompetensi. Untuk mengurangi kesenjangan kompetensi manajer keuangan rumah sakit di berbagai daerah dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, program sertifikasi profesi manajer keuangan mungkin dapat dilakukan sebagai solusi alternatif. Program sertifikasi dapat dilaksakan oleh organisasi yang bergerak dalam bidang perumahsakitan bekerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi.