Forming Intelligent Children by Fighting Iron Deficiency Anemia
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-KMK UGM
Narasi
Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi, yaitu ledakan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun), antara tahun 2020 – 2030 mendatang. Pada saat itu, diperkirakan 70% penduduk Indonesia berada pada usia produktif. Dikatakan suatu bonus karena dengan jumlah penduduk usia produktif yang begitu banyak, tentunya menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk memajukan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, serta menjadi negara adi daya.
Di sisi lain, ini merupakan sebuah tantangan untuk memastikan bonus demografi berdampak seperti yang diinginkan. Keberhasilan bonus demografi tergantung pada kualitas manusia Indonesia pada saat itu. Jika dilihat ke belakang, yang akan menentukan keberhasilannya adalah anak-anak yang saat ini berusia 0 – 18 tahun.
Ini merupakan suatu tantangan besar bagi bangsa Indonesia mengingat hasil Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2015 kurang begitu baik, yaitu urutan 113 dari 188 negara. Bahkan , untuk cakupan wilayah Asia Tenggara, Indonesia masih kalah dengan Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand.
Hasil tersebut tidak terlepas dari masih begitu banyaknya persoalan terkait tumbuh kembang anak-anak Indonesia, tidak terkecuali masalah kesehatan. Salah satu masalah utama pada anak-anak Indonesia adalah masalah kekurangan gizi, yaitu anemia defisiensi besi. Jika tidak segera terselesaikan, bukan tidak mungkin bonus demografi justru akan menjadi bencana bagi bangsa Indonesia.
Bagaimana permasalahan anemia di Indonesia, apa dampaknya terhadap tumbuh kembang anak, serta apa hubungannya dengan kemajuan bangsa Indonesia akan dibahas oleh guru besar Fakultas Kedokteran UGM, Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K).