[info_post_meta]
Sharing Pengalaman TEDX
oleh Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, PhD
20 Juni 2017
Ruang Kuliah 301, Lt. 3 Gedung IKM Sayap Utara, FK UGM
Pada Selasa 20 Juni 2017 dilakukan rapat koordinasi website-website Menara Ilmu di lingkungan FK UGM. Salah satu agenda dalam rapat tersebut adalah Sharing Pengalaman TEDxJakarta yang sempat diikuti dosen FK UGM, yaitu Prof. dr. Adi Utarini, MSc, MPH, PhD. Dalam rapat ini, Adi Utarini menyampaikan secara lengkap bagaimana kesan menjadi pembicara dalam acara tersebut.
Acara TEDxJakarta 2017 mengusung judul niyata. Niyata berasal dari bahasa sansekerta dan merupakan akar kata nyata dalam Bahasa Indonesa yang dapat diartikan jelas sekali, benar-benar ada, atau terbukti. Pada acara TEDxJakarta, panitia bertugas dalam kegiatan ini dengan sukarela (voluntary based). Adi Utarini menyampaikan bahwa panitia acara ini melaksanakan kegiatan secara sukarela. Mereka direkrut secara terbuka. Proses rekrutmen dilakukan setahun sekali. Mereka adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan lain penuh waktu dan bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi bagian dari panitia TEDxJakarta
Filosofi dari TED adalah ingin membagikan ide-ide yang baik (sharing good ideas). Filosofi ini dibawakan dengan konsep api unggun saat berkemah. Model api unggun yang dimaksud adalah suasana yang akrab dimana orang-orang dapat saling berbagi cerita ketika sedang berkemah. “Yang disampaikan sebenarnya adalah ideas worth spreading, namun suasana intimate-nya masih dirasakan. Inilah filosofi TED” tutur Adi Utarini.
Kemudian, pembicara memutarkan Video Official TEDx Introduction. Dijelaskan juga bahwa TEDx adalah sebuah kegiatan yang diselenggarakan secara independen oleh mereka yang memiliki lisensi TED.
Acara dilanjutkan dengan penjelasan bagaimana menjadi pembicara TEDx. Alokasi waktu yang diberikan pada pembicara total 18 menit. Panitia cukup ketat dalam hal ini dan membatasi waktu presentasi hanya 15 menit. Sisa 3 menit adalah untuk proses berjalan ke panggung serta sebagai cadangan waktu.
Adi Utarini memaparkan proses persiapan dan berlatih untuk menjadi pembicara TEDx mencapai 6 kali pertemuan. Tahap pertama diawali dengan pertemuan bersama 2 orang kurator. Tim kurator yang bertugas juga handal dan kompeten. Mereka melatih pembicara untuk presentasi yang bagus. Para kurator ini menjadi mentor bagi pembicara dan juga berperan ketika acara. Mereka bergantian memperkenalkan para pembicara saat acara. Cara introduksi pun dilakukan secara kontekstual tidak seperti seminar pada umumnya dimana introduksi dilakukan dengan membacakan CV pembicara.
Kurator adalah masyarakat umum yang tidak familiar dengan bidang spesifik dari pembicara. Hal ini membantu pembicara dalam bercerita tentang apa yang telah dikerjakannya. Pertemuan dengan kurator berlangsung masing-masing setengah hari dan dilaksanakan secara tatap muka. Adi Utarini menceritakan aktivitas penelitiannya dalam rangka mematikan nyamuk penyebab demam berdarah kepada kurator.
Dari pertemuan ini, kurator mengusulkan alur cerita kepada pembicara. Alur cerita ini menggunakan model kurva dimana ada pembuka, klimaks, dan penutup. Setelah alur didiskusikan dan ada kesepakatan antara kurator dan pembicara, proses berlanjut ke tahap latihan. Pada tahapan ini semua hal mulai dari kosa kata hingga penampilan diperhatikan dengan detil. Alur cerita, kosa kata, baju, sepatu, dan banyak hal lain harus didiskusikan terlebih dahulu dengan kurator. Semua pembicara TEDx dikondisikan dan menjalani proses ini.
Setelah berlatih, proses berlanjut ke gladi bersih pada satu hari sebelum acara yang dilaksanakan pukul 3 sore hingga pukul 10 malam. Seluruh pembicara harus hadir dan ikut mendengarkan pembicara lain menyampaikan materinya. Lalu gladi bersih ditutup dengan makan malam bersama dengan seluruh pembicara dan sponsor.
Pada hari H, dilakukan gladi bersih oleh seluruh panita yang terlibat. Stage manager, Art director, Lighting, Soundman, dan seluruh panitia yang lain semuanya berlatih.
Adi Utarini menceritakan penonton TEDx adalah penonton yang luar biasa dan merespon secara aktif. Orang-orang yang datang adalah orang baru yang belum pernah mengikuti acara TEDx. Bagi mereka yang sudah pernah menghadiri acara TEDx, panitia justru menyarankan agar menonton melalui live streaming. Dan hal ini dicantumkan dengan jelas dalam formulir pendaftaran, sehingga masyarakat yang datang adalah mereka yang baru pertama kali mengikuti kegiatan TEDx.
Acara TEDx memiliki format tidak biasa, dimana jeda coffee break berlangsung selama 45 menit. Pada waktu istirahat tersebut, ruang seminar dikosongkan. Penonton didorong untuk mengunjungi booth-booth yang ada, sedangkan para pembicara bisa melakukan pemanasan lagi. Hal-hal lain seperti lighting atau sistem audio juga bisa diperbaiki atau diatur ulang.
Adi Utarini menuturkan ada yang unik dari photo booth dalam acara ini. Ada 2 model photo booth yang disediakan. Pertama, photo booth dengan background acara. Kedua, photo booth yang dibuat dengan latar belakang gambar karikatur masing-masing pembicara, sehingga orang tertarik untuk berfoto disana.
Sharing pengalaman ditutup dengan pendapat Adi Utarini yang menyebutkan para sponsor dalam acara TEDx adalah sponsor yang tidak narsis. Sponsor hanya mendapat sedikit tempat dan mereka menerima hal tersebut. Ini berbeda dengan apa yang sering kita temui dimana sponsor hanya menyumbang sedikit namun ingin namanya ada dimana-mana.
Sesi diskusi berlangsung menarik. Para dosen yang datang langsung maupun melalui webinar menyampaikan pendapat dan harapan mereka. Setelah kegiatan ini, diharapkan kurator dari tim TEDxJakarta bisa datang ke UGM untuk membagikan pengalamannya dan memberikan semangat untuk menghidupkan TEDxUGM (SI).