A Workshop
Sebagaimana hari pertama, di hari kedua konferensi ini juga terdapat beberapa workshop menarik, diantaranya CEO Roundtable Discussion untuk membahas Green Leadership. Mengapa harus go green, padahal ada banyak sumber daya, kita sudah dalam kondisi tidak comfort (harus ditambah lagi ketidaknyamanannya), ini yang menjadi pemicu pada diskusi green leadership.
Pembicara pertama dr. Miao, Yanqing, dari China National Health Development Research Center yang membahas tentang Leadership in Policy Research. Mao mengutip apa yang pernah disampaikan oleh Presiden Jinping, yaitu “Penghijauan bukan hanya masalah produksi tapi juga lifestyle.” Ini menunjukkan aspek lingkungan sudah menjadi concern bagi top leader di Tiongkok. Namun masih ada banyak masalah dalam sistem pelayanan kesehatan yaitu tingginya biaya non medis, inefisiensi, lack of energy saving, scattered care delivery, serta meningkatnya tegangan antara dokter dengan pasien.
Di Indonesia, penerapan green hospitals sudah diatur dalam Permenkes 269 tahun 2009. Dr. Dr. Youth Savithri, MARS dari Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan memberi contoh yang diatur adalah persyaratan tata bangunan yang harus ramah lingkungan, misalnya dengan mengatur zonasi (memisahkan zona penularan penyakit dan privasi, diterapkan juga dalam standar akreditasi). Untuk mengaplikasikan green leadership, perlu ada komitmen. Green leadership harus mampu menciptakan lingkungan yang memaksimalkan kesehatan pengguna RS, baik pengguna internal maupun eksternal. Green leadership juga harus mampu memastikan keberlangsungan, efektivitas, efisiensi dan keselamatan lingkungan. Selain itu, green leadership juga harus mampu mengelola sumber daya secara efisien dan efektif, mengadvokasi keberlangsungan konsep green hospital dan menghilangkan barriers serta mensupervisi pelaksanaan green hospital.
Salah satu RS yang sudah melaksanakan Permenkes tersebut adalah RS Persahabatan, Jakarta. Beberapa hal yang melatarbelakangi dilaksanakannya Permenkes ini antara lain tuntutan masyarakat, kepedulian RS, memanfaatkan lahan RS yang sangat luas dan ingin menjadi RS percontohan bagi RS-RS lain di Indonesia. Strategi yang dikembangkan antara lain mengembangkan budaya green terus menerus dan membentuk tim dan mepertahankan ruang hijau. RSPP saat ini sudah mendapat peringkat HIJAU dari Menteri KLH. Inovasi green yang telah dilakukan misalnya lahan parkir khusus untuk mobil-mobil karyawan yang lolos uji emisi, parkir sepeda, toilet kebuh dan sebagainya.
Hal yang dilakukan pertama kali adalah menyatukan komitmen pimpinan, jika sudah ada maka bisa dijalankan bersama-sama setelah itu dideklarasikan menjadi komitmen bersama. Lalu buat program melalui management policy dan kemudian membentuk tim (task force) untuk:
- Mengurangi produksi sampah yang berdampak pada beban pemindahan sampah
- Dalam RBA tercantum program yang terkait dengan green hospital sampai dengan plan of actionnya.
- Empower the community (termasuk pengunjung RS)
- Kerjasama dengan stakeholder, berpartisipasi dengan network
Program yang dilakukan:
- Penghematan listrik (RS dengan 200 beds, biaya energy 1M per bulan, boros sekali): ukuran pintu dan jendela 1/3 dari luas ruangan
- Penghematan air.
- Pemindahan sampah
- Pengolahan limbah RS
Catatan diskusi:
- Bagaimana implementasi paperless di RS?
Di Tiongkok: perawat dilatih mengenai bagaimana membahas green things pada pasien dan pengunjung, lalu ada honor lebih untuk perawat-perawat ini. Ada kartu di masing-masing jendela, misal “please be quiet”, atau “mohon pelan-pelan”
Di RS Kanker Dharmais: dengan menggunakan IT untuk mengurangi penggunaan kertas, misalnya untuk e-prescribing, e-medical record, e-order untuk pemeriksaan penunjang. Hal yang sulit justru mengubah mindset user. Harus dengan pendekatan persuasive: menyiapkan hardware, mengembangkan jaringan, membangun brainware. Meski belum ada Permenkes-nya tentang e-RM, tapi ada di UU Praktik Kedokteran No 29 Tahun 2004. Salah satu kewajiban dokter adalah membuat rekam medis tertulis maupun elektronik.
- Bagaimana mengubah mindset?
Konsep modern management adalah pimpinan ada di bawah (services/ melayani), menjadi pemimpin sama dengan menjadi pelayan.
- Musim hujan banyak nyamuk, musim panas suhu sangat tinggi. Bagaimana mengatasi ini dalam konsep green?
Untuk mengurangi evaporasi starteginya adalah turunkan suhu lingkungan dengan tamanisasi, memperbanyak pepohonan, membuat kolam/akuarium.
- Ijin operasional: RS yang masih “merah” segera membuat strategi untuk menilai (self-assessment) mana yang perlu di-improve. Penelitian pada 100 RS di Jawa dan Bali, produksi sampah 2 Kg per TT per hari, cairan 8 liter per TT per hari, limbah padat 376.000 ton per tahun. Ini menyebabkan RS menjadi potensi terbesar untuk mencemari lingkungan. Pintu pemborosan: 1) penggunaan AC harusnya diatur 22-26 derajat untuk ruang-ruang pelayanan dan di atas 26 derajat untuk ruangan manajemen, 2) biopori, mengolah kompos sendiri dapat menghemat Rp 1-1,5 juta per bulan untuk pupuk, 3) penggunaan air untuk instalasi labobratorium dan menggunakan Permenkes No. 56 Tahun 2014 sebagai pedoman untuk menilai efisiensi administrasi maupun pelayanan.
Lebih dari separuh peserta adalah CEO, namun tidak semua CEO telah memasukkan anggaran untuk green hospital (misalnya paperless, biopori dan sebagainya). Demikian juga untuk anggaran tahun depan, masih sedikit yang menganggarkan untuk program green hospital (termasuk mengganti lampu dengan yang lebih hemat energi).
- RSUD Kota Balikpapan saat perencanaannya sudah banyak berkonsultasi dengan Kemkes untuk merancang bangunan yang banyak menggunakan sinar matahari dan aliran udara. Namun lahan sangat sempit (hanya 1,2 Ha, sudah dimanfaatkan keseluruhan).
Pada rancangan permenkes tentang prasyarat teknis bangunan, untuk RS yang baru akan dibangun akan lebih komprehensif dalam menata infrastrukturnya. Wujud fisik dari pekerjaan kontruksi harus dilihat bagaimana keberadaan bangunan itu dalam konteks keamanan, ramah lingkungan. Prasaran RS: utilisasi alat, jaringan, system penataan listrik dan sebagainya apakah sudah ditata panel-panelnya: mana yang bisa on-off otomatis.
Saat ini karena keterbatasan lahan maka RS dibangun ke atas, penting untuk ada healing garden (misal dalam bentuk vertical garden).
- Green hospital ada di agenda RS Jantung Harapan Kita: a) Master plan untuk efisiensi, b) audit energi untuk kemudian mengetahui standarnya seperti apa dan gap-nya berapa besar sehingga bisa merencanakan apa yang perlu dilakukan, c) membudayakan green di internal RS, d) merger secara regional dengan RS Dharmais untuk pengelolaan sampah bersama.
Perlu dilihat zoningnya, mana yang bisa digabung antara RS Kanker Dharmais dan RSAB Harapan Kita.
- RSUD dr. Syaiful Anwar Malang: di struktur RS ada bagian yang semuanya harus menjalankan program green hospital, misalnya IPS Non medis, PKRS, Instalasi Penyehatan Lingkungan, ada pada bidang yang berbeda-beda. Bagaimana mensinergikan tupoksi eselon 3.
Buat task force dan treasures. Langkah yang bisa dilakukan untuk self-assessment: 1) identifikasi dimana terjadi inefisiensi khususnya air dan listrik dan limbah (3 terbesar), 2) analisis penyebab inefisiensi, 3) alternative perbaikan dalam memperbaiki efisiensi. Prisinp: eliminasi, reuse, reduce, recycle.
Perlu ada komitmen dan penguatan taskforce (lintas departmen, tidak lagi membawa bendera masing-masing), gugus kendali mutu. Penanggung jawab: direktur umum, pelaksana: task force.
- Bagaimana meng-create green hospital:
Menjaga natural environmental.
Reduce emission
- Apakah green hospital movement membutuhkan pemimpin ynag bisa mengubah paradigma berpikir:
Sebagian audiens setuju bahwa perlu lomba green hospital (seperti adipura). Ini untuk memotivasi RS-RS agar melaksanakan program green secara lebih mandiri dan lebih massal.